Pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane mengejutkan jagad sepakbola ketika mendadak mengundurkan diri sebagai pelatih klub yang baru saja memenangkan piala Liga Champion tersebut. Publik kemudian teringat kejadian beberapa tahun lalu yang terjadi pada Barcelona. Ketika itu Pep Guardiola yang menjabat pelatih Barcelona, juga mengundurkan diri sebagai pelatih Barcelona pada saat masa kejayaannya.
Ada beberapa persamaan diantara Pep dan Zidane ini. Sebelum menjadi pelatih sukses, mereka juga merupakan pemain yang berpengaruh di klubnya masing-masing. Sama seperti Pep yang meraih kesuksesan dengan empat belas trofi bersama Barcelona, Zidane mempersembahkan sembilan trofi untuk Madrid selama dua setengah tahun masa kepelatihannya (3 trofi Liga Champions, 2 Piala Dunia antar klub, 2 Piala Super Eropa, 1 juara Liga Spanyol dan 1 Piala Super Spanyol) Sungguh fantastis!
Pep memulai karir kepelatihannya di Barcelona B. Pep kemudian naik pangkat menjadi pelatih senior Barcelona. Zidane juga memulai karir sebagai pelatih Real Madrid B, untuk kemudian naik pangkat menjadi pelatih senior Real Madrid. Pep dan Zidane kemudian meraih sukses besar dalam masa singkat karir kepelatihan mereka di klub yang membesarkan nama mereka itu.
Akan tetapi ada sedikit perbedaan dalam strategi permainan diantara kedua pelatih ini. Pep bersama trio Xavi-Iniesta-Busquets, menyempurnakan gaya "tiki-taka" yang sudah dimulai sejak era Rijkard. Bersama Barca, Pep kemudian menggetarkan sepakbola dunia. Ketika Pep pergi, kemampuan trio ini bersama Messi sebagai finisher memang dalam masa puncaknya. Â
Sebaliknya dengan Zidane yang mengubah sedikit gaya attacking football Madrid. Ditangan Zidane, Madrid kini bermain lebih sabar. Madrid memainkan tempo permainan sedikit lebih lambat, namun memanfaatkan serangan balik cepat! Zidane benar-benar memanfaatkan kemampuan trio BBC untuk menjebol gawang lawan lewat serangan balik cepat plus kemampuan individu trio ini.
Namun semuanya juga tahu kalau musim ini trio BBC ini "mandul." Madrid bermain terlalu "Ronaldo-sentris" dimana Ronaldo menjadi  pusat permainan Madrid. Kedatangan Gareth Bale sebagai pemain termahal di dunia ketika itu, sepertinya membuat persaingan terselubung diantara keduanya. Bak api di dalam sekam, di tubuh Madrid kini terdapat dua kubu. Pro CR-7 dan Anti CR-7, yang dimotori oleh Bale dan Isco!
Sebenarnya posisi Zidane sudah mulai terancam sejak awal musim ini. Prestasi Madrid terpuruk sejalan dengan anjloknya prestasi Ronaldo. Sebenarnya dua tahun terakhir ini kemampuan Ronaldo sudah mulai menurun. Tetapi Zidane mengakalinya dengan mendorong Ronaldo lebih kedepan, agar Ronaldo tidak terlalu capai untuk menjemput bola ke bawah.
Mandulnya trio BBC dalam mencetak gol memang disebabkan oleh cederanya Bale hampir disepanjang musim, dan inkonsistensi Ronaldo dan Benzema. Untungnya keran gol Ronaldo mulai mengucur lagi sejak akhir musim dingin kemarin. Kini posisi Madrid pun mulai merangkak naik ke posisi tiga, setelah sebelumnya sempat nangkring di posisi kelima!
Jadi untuk ukuran La Liga, prestasi Madrid memang anjlok! Dengan situasi tim terkini (dengan segala intrik-intriknya) mustahil rasanya Zidane mampu membawa Madrid meraih trofi Liga Champion dan trofi La Liga musim depan. Jadi langkah Zidane ini memang sudah tepat. Kalau sekiranya Madrid gagal meraih trofi Liga Champion kemarin itu, sudah pasti Zidane akan ditendang juga!
Apa saja intrik-intrik di Madrid itu?
Pertama, Florentino Perez