Mohon tunggu...
Yaffa Zaida
Yaffa Zaida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Nasional

Mahasiswa jurusan jurnalistik yang ingin belajar serta mengembangkan keahlian dalam menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengulik Film KKN di Desa Penari, Kisah Nyata Atau Fiktif Belaka?

16 Juli 2022   06:46 Diperbarui: 16 Juli 2022   06:53 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Film KKN Di Desa Penari menjadi film horror Indonesia terlaris dan banyak di permbincangkan di sosial media. Tayang serentak di bioskop-bioskop sejak 30 April 2022. KKN Di Desa Penari sudah ditonton lebih dari 6,2 orang per Selasa, 17 Mei 2022. Sebenarnya, KKN Di Desa Penari sudah siap dirilis sejak tahun 2020 lalu namun karena adanya pandemi Covid-19 membuat perilisan film ini ditunda hingga beberapa kali sekitar 2 tahun.

Pada pertengahan tahun 2019, thread kisah misteri KKN Di Desa Penari menjadi pembahasan fenomenal dan viral hingga memuncaki trending Twitter, Youtube serta berbagi platform lainnya. Diantaranya ada Raditya Dika yang membahas cerita KKN di Desa Penari yang mana tayangan tersebut sudah ditonton lebih dari 2 juta orang. Salah satu Youtuber Nessie Judge juga menanggapi tentang keaslian cerita KKN Di Desa Penari yang pada saat itu booming dan menjadi banyak pertanyaan, ia menilai cerita atau film ini bukanlah kisah nyata melainkan  cerita tersebut yang memang ditulis dengan baik oleh penulis.

KKN Di Desa Penari, yang diperkirakan adalah kisah nyata, menceritakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata yang dilakukan oleh enam mahasiswa angkatan 2005/2006 dari dua fakultas di salah satu universitas di Surabaya pada tahun 2009. Awalnya penulis menyebutkan bahwa yang mengikuti KKN di Desa Penari berjumlah 6 orang. Namun kemudian penulis meralat jumlah sebenarnya adalah 14 orang ditambah dosen pengawas. Dari 14 orang yang mengikuti KKN di Desa Penari, penulis memfokuskan cerita pada 6 orang. Pasalnya, keenam orang tersebut saling terlibat, yaitu Widya, Nur, Ayu, Wahyu, Bima, dan Anton.

Usut cerita KKN di Desa Penari diterbitkan penulis @SimpleM81378523 berdasarkan dua sudut pandang. Sejak 24 Juni 2019 hingga 5 Juli 2019 untuk versi sudut pandang Widya. Sedangkan sudut pandang Nur ditulis selama 5 hari, mulai 20 Juli hingga 25 Juli 2019. Simpleman, dengan akun @SimpleM81378523, baru bergabung dengan Twitter pada  Februari 2019, namun sudah memiliki 162.000 pengikut (Widyastuti, 2019). Cerita pertama yang ia tulis berjudul Rumah Rombe, di-retweet  1.200 kali dan disukai lebih dari 3.500 kali. Karyanya yang lain antara lain Rumah Angker, Teror Pocong MbakSum, Penghuni Pabrik Gula, dan Mbarep Tunggal Keluarga Jawa.

Namun, dia mengaku sengaja menambah, mengurangi, dan juga mengubah plot. Simpleman dianggap sangat pandai bercerita, sehingga sebagian besar pembaca percaya bahwa pengalaman paranormal enam siswa itu benar adanya. Simpleman dianggap sangat pandai bercerita, sehingga sebagian besar pembaca percaya bahwa pengalaman paranormal enam siswa itu benar adanya. Hal ini terjadi karena unsur-unsur pembentuk cerita KKN di Desa Penari diyakini begitu nyata sehingga kemungkinan kebenarannya menjadi sangat tinggi. Selain itu caerita tersebut diperkuat lagi oleh penulis dengan sengaja membuat inisial dari tempat-tempat yang ada didalam cerita ( Alas D, kota B, desa W, kota J,...) seolah-olah penulis menutupi kenyataan yang terjadi untuk melindungi privasi para tokoh dan institusi tempat mereka mencari ilmu. Penulis juga melabeli cerita tersebut "kisah nyata" sehingga membuka rasa penasaran warganet untuk membaca dan mengaitkannya ke dunia nyata.

Ada sejumlah pesan moral yang dititipkan Simpleman dalam tulisannya ini. Betapa pendatang harus berhati-hati dalam berucap dan berperilaku di tempat baru yang tentunya memiliki aturan. Bahkan pemuda religius seperti Bima sekalipun dapat tergoda oleh bujuk rayu setan. Setan seolah-olah membantu manusia padahal sebenarnya ada transaksi di dalamnya. Nasib tragis yang dialami Bima dan Ayu merupakan peringatan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun