"Alhamdulillah  kalau Nyai masih kuat, ya sudah, sekarang  Nyai istirahat dulu saja, nanti setelah selesai makan...".
Tiba-tiba terdengar suara anak kecil menangis dengan keras dari balik pepohonan dekat tempat mereka beristirahat. Jaka Someh dan Dewi Sekar saling bertatapan sambil mendengarkan suara tangisan anak tersebut.
Karena rasa penasaran yang tinggi, Jaka Someh berinisiatif  untuk menyelidikinya. Dia segera pergi untuk mencari asal  suara tangisan tersebut. Ternyata di balik rimbunan pepohonan terdapat suatu perkampungan kecil.
Suara tangisan itu berasal dari salah satu rumah  yang ada di sana. Karena suara tangisan anak kecil itu semakin keras dan tidak berhenti, Jaka Someh mendatangi rumah tersebut. Sedikit menyelidik, dia mengintip ke dalam rumah melalui celah biliknya.  Ternyata ada seorang anak  sedang menangis keras dalam gendongan ibunya.
Jaka Someh mengetuk pintu dan mengucapkan salam beberapa kali. Tak lama kemudian, seorang lelaki berusia sekitar 40 tahunan keluar dari rumah tersebut. Dia melihat Jaka someh sedang berdiri di depan pintunya, lalu bertanya
"Maaf akang ini siapa? Ada keperluan APA...malam-malam datang ke rumah saya...?"Â
Jaka Someh tersenyum ramah, kemudian menjawab pertanyaan lelaki itu
"Maaf pak, nama saya Someh, kebetulan saya sedang melakukan suatu perjalanan dan beristirahat tak jauh dari rumah Bapak...".Â
Jaka Someh menunjuk ke arah tanah lapang tempat dia dan Dewi Sekar beistirahat, kemudian dia meneruskan lagi perkataannya
"Maaf bapak, saya mendengar anak bapak terus menerus menangis....kalau boleh tahu apakah sedang ada masalah? Barangkali  saya bisa membantu....?"Â
Bapak yang bernama sumantri itu melongo mendengar perkataan Jaka Someh. Sesaat dia terdiam sambil memandangi Jaka Someh. Setelah merasa yakin bahwa Jaka Someh adalah orang baik, dia pun menjelaskan kenapa anaknya menangis