Setelah itu mereka pun kembali duduk di atas bale-bale rumah Pak Rohadi. Pak Rohadi berkata kepada Jaka Someh
” Bagaimana , sudah berhasil jadi muridnya ki Jaya Kusuma?”
Jaka Someh terdiam, ada keraguan dan rasa malu untuk bercerita kepada Pak Rohadi. Dengan senyum yang dipaksakan Jaka Someh menggelengkan kepalanya. Pak Rohadi terkejut dengan jawaban Jaka someh, kemudian bertanya kepada jaka someh
“Hah…apakah kamu tidak di terima jadi murid Ki Jaya Kusuma, bagaimana bisa….? Coba ceritakan ke Bapak….!”
Karena merasa tidak enak melihat wajah pak Rohadi yang nampak serius dan sangat penasaran, Jaka someh kemudian menceritakan pengalaman pahit yang baru saja di alaminya saat berkunjung ke perguruan Maung Karuhun. Mendengar cerita Jaka Someh, Pak Rohadi merasa heran dan berempati.
Dalam hati dia merasa sangsi apakah benar Ki Jaya Kusuma tega menolak Jaka Someh. Pak Rohadi mengenal Ki Jaya Kusuma sudah lama dan mengetahui kepribadaiannya yang baik. Ki Jaya Kusuma adalah seorang pendekar yang memiliki budi pekerti yang baik. Tentu aneh kalau dia sampai menolak Jaka Someh yang ingin belajar silat di Perguruannya. Melihat wajah Jaka Someh yang nampak sedih penuh kekecewaan, Pak Rohadi mencoba menghibur Jaka Someh
“ya...sudah lah ...kamu bersabar saja, mungkin memang belum nasib kamu untuk berguru di sana, kamu tidak usah kawatir…masih banyak perguruan silat di dunia ini…kamu bisa belajar di mana saja yang kamu mau...tidak perlu susah…dunia tak sesempit daun kelor…”
Jaka Someh mengiyakan ucapan pak Rohadi.
Tiba-tiba Aki Sudin ikut bertanya kepada Jaka Someh
“Memang tadi kamu mau belajar silat di perguruan mana...ujang? “.
Jaka Someh melirik Aki sudin, lalu menjawab pertanyaan dari Aki Sudin dengan perasaan yang malu