“Bagaimana kabarmu Jang Someh? Sudah lama bapak tidak melihat kamu…terakhir kali kamu masih kecil sewaktu di ajak ayahmu main ke rumah bapak, wajah kamu mirip sekali dengan almarhum Sabarudin...makanya dari tadi, bapak tilik-tilik koq rasanya seperti kenal...eh ternyata Jang Someh anaknya Sabarudin, kebetulan pisan ...”
Kata pak Rohadi sambil bediri di atas tangga rumahnya.
Setelah dipersilahkan masuk, Jaka Someh segera masuk ke dalam rumah pak Rohadi.
Rumahnya cukup luas, namun hanya terdiri dari 3 ruangan saja, yaitu satu ruang tengah dan dua kamar tidur. Di ruang tengah itu Jaka Someh duduk di atas tembikar yang telah di gelar di atas lantai yang berupa bale-bale bambu. Pak Rohadi kemudian menyibukan diri dengan memberi suguhan kopi panas dan kue keripik yang terbuat dari singkong. Setelah berbasa-basi menanyakan kabar, mereka kemudian mengobrol cukup lama tentang kehidupan Jaka Someh sepeninggal ayah dan ibunya. Jaka Someh sendiri jadi lupa dengan tujuan awal perjalanannya untuk berguru ke Kijaya Kusuma. Dia baru ingat hal tersebut, setelah tiba-tiba pak Rohadi menanyakan tentang tujuan perjalanannya
” Jang Someh ini mau kemana sebenarnya...? Koq tumben jalan-jalan sampai kesini?”
Mendengar pertanyaan itu, Jaka Someh pun menceritakan niatnya yang ingin berguru kepada Ki Jaya kusuma. Dia juga menceritakan tentang kejadian penganiayaan yang dialaminya oleh Ki Marta dan kawan-kawannya beberapa waktu yang lalu. Pak Rohadi hanya terdiam, tanpa ada komentar sedikitpun ketika mendengar cerita Jaka Someh. Setelah menghela nafas, Pak Rohadi akhirnya berucap pada Jaka Someh
“ Jang Someh…Bapak ikut prihatin…dengan musibah yang telah menimpa kamu dan keluarga...Tapi kamu sabar ya… jangan sampai punya niat untuk membalas dendam kepada Ki Marta dan kawan-kawannya…Lebih baik bersabar...biarlah Allah saja yang membalas perbuatan mereka...Allah itu maha Adil…semua musibah pasti ada hikmah dibaliknya…kita saja yang seringkali tidak memahaminya…Insya Allah saya yakin, Bapakmu itu mati sahid, mati dalam keadaan husnul khotimah…karena matinya dalam keadaan membela kebenaran…”.
Jaka Someh hanya bisa terdiam mendengarkan nasehat dari Pak Rohadi. Tidak mengamini juga tidak menolaknya. Pak Rohadi kemudian melanjutkan ucapannya
”Bapak tidak melarang kamu untuk belajar silat...apalagi kepada Ki Jaya Kusuma…Karena Bapak kenal dengan beliau…meskipun terkenal sebagai jawara hebat tapi beliau orangnya sangat rendah hati dan tidak sombong… kalau kamu nanti sudah berhasil menguasai ilmu bela diri dari Ki Jaya Kusuma...maka pergunakanlah ilmu tersebut di jalan yang benar...untuk menolong masyarakat yang lemah dan teraniaya... jangan dipakai untuk kesombongan atau takabur, jika kamu menggunakan kepandaian tersebut di jalan kebenaran...Insya Allah semuanya akan berkah...bisa selamat…dunia dan akherat…”.
Mendengar nasehat dari pak Rohadi, Jaka Someh semakin tertunduk sambil sesekali menganggukan kepalanya, seakan-akan dia patuh dengan ucapan sahabat almarhum ayahnya. Pak Rohadi kemudian melanjutkan lagi ucapannya.
”Bapak berharap setelah kamu selesai berguru, tinggallah di sini, di rumah bapak ini...dari pada kamu tinggal sendirian di lereng bukit…. jauh dari peradaban manusia...”