Mohon tunggu...
Yadien Babuju
Yadien Babuju Mohon Tunggu... -

Belajar untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Masih Mencintainya (Cinta untuk Si Gadis Gila)

12 Agustus 2013   20:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:23 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1376313015779896366

AKU MASIH MENCINTAINYA (Cinta Untuk Si Gadis Gila)

Oleh: Yadien Babuju Siang itu Fandy berniat untuk mengunjungi temannya Akbar. teman lamanya waktu SMA. dia sangat merindukan kebersamaanya dengan Akbar setelah berpisah satu tahun karena melanjutkan study di luar kota. "Anak itu sudah seperti apa ya..? ngak sabaran mendekapnya lagi dalam keakraban.." Gumam Fandy sambil menunggaki motor Astrea Grand-nya lalu berangkat. Matahari siang sangat panas. suasana luar cukup sepi layaknya desa-desa terpencil lainnya. namun meskipun matahari sepanas boa api diatas kepala Fendy tak menghiraukannya. hasrat untuk bertemu sang sahabat lama membuatnya tak merasakan kesulitan apapu untuk melangkah menemuinya. "Ani..." gumam Fendy melihat gadis yang sedang dupohon beringin pinggir jalan dengan penampilan berantakan. dipandangnya lekat-lekat sambil memperlambat laju motornya. Fendy mencoba mencari matanya agar dia mengenalinya, namun gadis berbaju compang-camping itu tetap menunduk dan berusaha menghindari tatapan Fendy seolahtidak ingin dikenali. Ani adalah gadis manis yang menjadi bungga indah yang sangat didamba-dambakan oleh kumbang-kumbang waktu di bangku SMA. termasuk Fendy dan Akbar. namun setelah melewati persaingan yang ketat Fendy lalu berhasil menjadi pangeran hati Ani meskipun mereka harus pacaran sembunyi-sembunyi. "Acchh.. ngak mungkin.. Ani ngak munkn berpenampilan seperti itu.. mana mungkin Ani yang cantik bisa berubah menjadi tak beraturan gitu." "Achh.. mungkin dia hanya wanita yang mirip dengan ani.." Fendy terus bertanya dan menjawab sendiri pertanyaan hatinya.. "Tapi.. senyum itu sangat akrab denganku. bahkan senyum sesaat tadi telah membuat jantungku berdebar persis saat pertama aku memandang Ani dulu.." Fendy menghentikan motrnya. dia mencoba meneangkan dulu pikirannya sebelum melanjutkan perjalanan. "Tidak baik berkendaraan kalau pikiran sedang melayang pada hal lain bukan pada kendaraan. bisa bahaya.." katanya setelah motornya dia standarkan.. Angin pingir jalan dekat pantai memang sejuk, ditambah pohon yang rindang membuat Fandy nyaman istrahat. Angin mendesih. Membuat rambut Fandy acak-acakan namun tetap terlihat cool. Senyum yang dilihatnya tadi kini telah mengganggunya. Dia terus bertanya-tanya siapa gerangan cewek berpakaian compang-camping itu. “Siapa dia..?. senyumnya begitu familiar. Apa benar itu ani..? acchh.. tidak mungkin. Mana mungkin Ani yang dulu sangat cantik dan rapi berubah seperti itu.” “Akbar..” tiba-tiba Fandy menyebut nama sahabatnya itu. “Iyaa.. Akbar,, dia pasti tahu tentang semua ini. Juga tentang tanyaku.” “Aku harus cepat-cepat temui dia..” Fendy lalu menjalankan motornya. Tak lama di perjalanan, Fandy akhirnya sampai di rumahnya Akbar. Tidak ada perubahan yang begitu menjolok ia lihat. Suasana kampung yang masihramah, alam yang masih sejuk dan sambutan keakraban temannya yang masih hangat, juga orang tuanya Akbar. “Ayo masuk..” kata Akbar setelah Fandy memarkirkan motornya. Akbar sudah menungu dari tadi di depan rumah setelah di sms oleh teman baiknya itu bahwa dia akan datang. “Aku menunggumu dari tadi lo.. kamu kok lama sekali di jalan..? mampir di mana kamu..? jangan-jangan plauyboy-mu kambuh lagi terus godain cewek-cewek di jalan..” kata Akbar sambil berjalan masuk rumah. “Acchh.. ngak,, aku sudah tobat brow.. setelah kamu menjadi playboy aku belajar tobat. Biar kamu saja yang mengambil alih profesi itu.” Jawabnya lalu tertawa.. “Hahaha.. tobat.. tapi tetap aja playboy..” “ngak lah.. kok tetap playboy..?” “Iyaa.. tetap aja ada playboynya.. mantan playboy..” Akbar lalu tertawa terbaha-bahak. Fandy mendorong badanya “kamu bisa aja.” Lalu tertawa. “Om sama tante mana..? kok ngak kelihatan.?” Tanya fandy. “Mereka sudah satu minggu ke rumah bibi di luar kota. Ada acara keluarga.” Jawab Akbar singkat. “berarti kamu sendiran dong..?” “Iya,. Sendirian..” ketus Akbar. “Kamu jangan bawa cewek kerumah..” “Tidak akan. Intan telah sudah berhasil menyadarkanku. Bahkan sekarang aku sudah tak punya gairah untuk godain cewek lain Fan..” “Oh ya.. kamu masih sama Intan..? Hebat sekali dia. Sudah berhasi mengubah si playboy menjadi tak berkutik. Apa kabar dia..?” “hehehe.. dia baik-baik saja.” Fandy dan Akbar terlihat sangat bahagia. Setelah berpisah selama setahun karena Fandy ke luar kota untuk melanjutkan study untuk gelar S.Pd dan baru bisa bertemu sekarang membuat mereka semakin akrab. Sapu piring kue dan dua gelas kopi berderetan di atas meja. Tak akan sempurna jika tidak ada rokok yang membarenginya. Akbar lalu keluar untuk membeli rokok dan seketika lalu kembali. “Kamu sudah tambah ganteng aja setelah tinggal di kota orang. Ceritain dong bagaiman pengalaman kamu di sana selama setahun ini.” Ketus Akbar lalu menyedut rokoknya. “Acch.. aku masih biasa-biasa saja. Masih culun. Lihat nih, baju kaos yang kita sablon nama kita berdua masih aku pake.” Kata Fandi sambil membuka kancing kemejanya lalu menunjukan kaos dalamnya. “oh ya.. aku kira kamu sudah membuangnya..” “Ngak lah.. ini kenang-kenangan tentang kisah kita, aku tak mungkin membuangnya. Hanya sesekali saja aku pake karena aku ingin merawatnya.” Fandy lalu mengambil sebatang rokok dan menyedutnya. Saat menikmati kopi dan rokoknya tiba-tiba bayangan senyum cewek berpakaian compang-camping tadi muncul di benaknya. Fandy mencoba meniikmati dan mengamatinya dalam bayang. “Woee.. kenapa kamu..? begong aja.. tuh rokomu sudah mau habis di tangan..” Ketus Akbar mengejutkan. “Oohh.. ii.. iya.” Jawab Fandy kaget lalu mematikan rokoknya. “Kamu lagi mikirin apa..?” Tanya Akbar. “Bayangan cewek itu kembali datang.” Jawabnya singkat. “cewek.. kamu sedang jatuh cinta..? siapa itu,.? Kamu ketemu dia dimana..? ayo kita samperin dia.” Tanya Akbr lalu mengajak. “Aku juga ngak tahu. Tapi senyumanya telah menghipnotisku tadi. Aku menemukannya sedang duduk di bawah pohon dekat jembatan dengan pakaian yang compang-camping..” Jawabnya sambil menatap kedepan. Melepas pandangan sejauh bisa dipandang. “Apa..? di pohon dekat jembatan..?” Tanya Akbar kaget. “Iya, dekat jembatan perbatasan kampung aku dan kampung tetangga.” Jawabnya Fandy. “seketika aku melihat senyumnya sangat familiar. Namun setelahnya dia langsung menunduk menyembunyikan muka. Seolah tak ingin aku pandang.” Lanjutnya. Akbar tidak menjawab. Dia hanya mengangguk sambil menyedut rokok soempurna-nya. “Namun seketika bayang Ani muncul. Iya.. senyum cewek itu seperti senyuman Ani. Senyumanya saat aku menyatakan cinta waktu itu. Hanya saja senyum tadi seperti senyum yang sedikit ketakutan. Tapi tidak mungkin. Tidak mungkin Ani yang dulu cantik dan rapi berubah seperti itu.” Lanjut Fandy kemudian menyedut rokok. “oh iya.. nanti kita ke rumah Ani ya..?” “oh ii.. iya… nanti kita ke sana” Jawab Akbar terbatah-batah. “kamu kenapa..? kok kamu seperti menyimpan sesuatu hal..?” tanya Fandy. Akbar menarik nafas dalam-dalam lalu melepaskannya perlahan “Gini Fan, sebenarnya cewek yang kamu lihat tadi adalah Ani.” “Apa..? Ani..?” Tanya Fandy heran “Iya.. Dia Ani.” Jawab Akbar singkat. “Kamu ngak sedang bercanda kan..? kenapa dia bisa seperti itu..?” “Ngak Fan. Aku ngak lagi bercanda. Suatu saat setelah lima tujuh bulan kamu di luar kota terjadi sesuatu hal pada Ani sehingga membuat dia seperti itu.” “kejadian apa..?” Kejar Fandy “Dia diperkosa Fan..” “Apa..? diperkosa..?” “Iya. Waktu itu, sekitar jam 10 malam dia pulang dari rumah temanya yang dikampung sebelah. Sebenarnya dia takut untuk pulang karena sudah malam, tapi karena dia harus membantu ibunya bikin kue setiap subuhnya jadi dia paksakan untuk pulang. Tepat di jembatan perbatasan kampung dia ditahan paksa oleh segerombolan orang hingga akhirnya dia terpaksan menghentikn motornya. Pada saat itulah dia diperkosa oleh segerombolan orang yang telah mabuk alkohol itu. Dia berusaha lari namun dia sudah dipegang. Bahkan teriakannyapun tak terdengan karena mulutnya lebih dulu ditutup. Dia ditemukan pagi-pagi di jembatan itu dalam keadaan menangis.. setiap hari berikutnya dia tak banyak bicara. Dia hanya menangis dan terus menagis meskipun tangisan tanpa suara.” Akbar bercerita. Fandy tidak berkata apa-apa. Dia diam mendengar cerita tentang orang yang dia cintai dari temanya itu. Lalu tetesan bening jatuh di lantai setelah mengairi sungai pipinya. “Suatu waktu dia sempat menyebut nama dari salah gerombolang yang telah berlaku biadab padanya itu. Dia menyebut Iksan. Pemuda kampung sebelah yang pernah dia tolak cintanya. Namun sekarang Iksan dan gerombolanya itu telah ditangkap dan masih di dalam penjara. Dia hanya ngomong itu saja. Tidak ada lagi kata-kata yang keluar dari mulutnya sesudah itu. Hanya menangis yang kadangkala diselangi oleh tawaan tapi mengeluarkan airmata..” Lanjut Akbar bercerita. Fandy mengusap airmatanya yang sudah mebuat kerak bajunya basah.. “Aku harus menemuinya..” kata Fandy sambil berdiri. “Kamu mau kemana..?” Tanya Akbar juga sambil berdiri. “Menemui Ani..” “Untuk apa..? dia pasti tak akan menanggapimu..” “Aku tetap harus menemuinya..” Jawab Fandy sambil jalan. “Kamu masih mencintainya..?” “Iyaa.. aku masih mencintainya..” Jawab Fendy lalu pergi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun