Mohon tunggu...
Yanti Ruwimartin
Yanti Ruwimartin Mohon Tunggu... -

Mengurus rumah, melayani suami, mendidik anak dan mengajar di sekolah

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Pelajaran dari Anakku

14 Desember 2011   04:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:19 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu ketika dalam perjalanan pulang dari rumah orang tua di Kotabaru ke Pudi (kecamatan tempat tugasku), yang harus melewati jalan laut, tiga jam perjalanan dengan kapal motor atau satu jam perjalanan dengan speed boat. Kali ini kupilih naik speed boat agar cepat sampai walau harus mengeluarkan biaya dua kali lipat.  Aku hanya berdua dengan anakku Firdaus, umurnya lima tahun duduk di kelas nol besar, ayahnyatidak ikut.

Sepanjang perjalanan anakku makan makanan ringan. Kulihat kepalanya bergoyang-goyang mengikuti ayunan speed boat yang dibawa ombak. Aku tersenyum melihat tingkahnya, terus saja makan tanpa peduli penumpang lain di sebelahnya.

Ketika makanannya habis, bungkus makanan itu tetap digenggamnya, matanya sudah mulai terpejam karena mengantuk. Ku ambil bungkus makanan di tangannya.

“Sini mama buangkan!” Kataku

“Jangan! Ada gambarnya” Katanya sambil mengambil kembali bungkus makanan itu dari tanganku

Kubiarkan saja bungkus itu disimpannya dalam kantong baju, kupikir pasti ada gambar komik kesayangannya. Saat ini ia lagi tergila-gila mengumpulkan segala barang dan pernak-pernik yang ada gambar Ben 10.

Satu jam perjalanan akhirnya sampai juga kami di Pudi, kami segera pulang ke rumah. Ketika sampai di rumah kulepaskan pakaian Firdaus, kuambil bungkus makanan di kantong bajunya.

“Mana gambar komiknya, Nak?” Tanyaku heran

Di bungkus makanan itu tidak ada satupun gambar komik yang menarik.

“Ini ma!” Katanya sambil menunjuk sesuatu

Subhanaullah,gambar orang membuang sampah pada tempatnya. Ternyata ia tidak mau membuang bungkus itu di laut bukan karena sayang, tapi karena ingin membuangnya di tempat sampah seperti yang ditunjukkan pada gambar kecil di bagian belakangnya.

Rasanya malu pada anakku, anak sekecil dia sudah berfikir untuk menaati anjuran kecil di bungkus makanan agar membuang sampah pada tempatnya, sedangkan aku hampir saja membuang sampah di laut yang pastinya akan mencemari laut dan isinya.

Padahal pada perjalanan yang sama beberapa minggu yang lalu, aku pernah hampir tenggelam di laut ketika speed boat yang kami tumpangi tiba-tiba mati di tengah laut. Operator speed terpaksa meninggalkan kemudi untuk memeriksa baling-balingnya, ternyata kantong plastik yang melilit baling-baling sehingga tidak bisa berputar. Untung saja saat itu tidak ada ombak besar, seandainya ada ombak besar yang tiba-tiba datang menghantam speed boat yang kemudinya ditinggalkan operator, mungkin speed akan terbalik dan seluruh penumpang terlempar ke laut.

Kenapa aku tidak belajar dari pengalaman, bahwa sebuah kantong plastik yang dianggap enteng dibuang ke laut bisa membahayakan nyawa orang. Belum lagi bahaya-bahaya lain bagi ekosistem laut.

Astagfirullahaladzim, terima kasih Nak, Engkau telah mengingatkan mama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun