Suatu sore aku pernah berdiskusi kecil dengan anak-anakku. "Ayah pernah melihat surga dan neraka" kataku kepada ketiga anakku. "Ah masa sih ya?" kata si sulung. "Kapan ayah ke surga? Kok aku nggak tahu?" sahut si bungsu. Sementara anak yang tengah, nomer dua, hanya tersenyum penuh tanda tanya, terlihat dari raut wajahnya sedang menunggu kalimat lanjutan dariku.
Sebenarnya ideku untuk mengatakan pernah melihat surga dan neraka diawali dari keinginan untuk mencari cara yang mudah dicerna untuk meyakinkan anak-anak bahwa nasehat orang tuanya adalah nasehat yang perlu dituruti.
Tidak jarang saat kita sebagai orangtua memberi nasehat kepada anak (termasuk anak saya sendiri), sang anak tidak terlalu menanggapi nasehat tersebut, atau bahkan mungkin malah merasa kesal.
Seperti yang terjadi dengan sepupu anakku, seorang anak laki-laki kelas 6 SD, dia cerdas secara intelektual, namun saat dinasehati oleh orang tuanya supaya tidak mengendarai sepeda motor tanpa seizin orang tua, dia tidak menanggapi itu, bahkan dia ulangi lagi perbuatannya beberapa kali lagi, sampai akhirnya suatu saat anak tersebut jatuh dari motor karena menabrak tukang becak.
Aku katakan pada anak-anakku bahwa semua orang tua pernah melihat surga dan neraka yang ada di dunia, bukan yang diakhirat. Semua orang tua pernah mengalami masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa dan masa tua, sehingga sudah banyak kejadian dan kenyataan yang dilihat oleh orang tua, baik yang susah maupun yang senang.
Neraka dunia, atau kesengsaraan dan kesusahan di dunia pernah dialami dan atau dilihat oleh orag tua, begitu juga surga dunia atau kesenangan di dunia pun pernah dilihat dan dirasakan oleh orang tua. Orang tua menjadi tahu dan belajar dari pengalamannya selama ini, bahwa kalau seorang anak melakukan ini dan itu, dia akan menuju surga dunia, atau kebalikannya jika seorang anak melakukan hal lainnya, maka dia akan menuju neraka dunia.
Misalnya kataku pada anak-anak, "sepupu kamu baru saja masuk ke dalam neraka dunia, jatuh dari motor. Padahal orang tuanya sudah memberi nasehat dan melarang sepupumu mengendarai motor. Orang tuanya sudah tahu dan mungkin pernah mengalami sendiri, bahwa jika baru berumur 11 tahun, jangan dulu mengenadarai sepeda motor. Berbahaya." Atau contoh lainya "kalau orang tua menyuruh anaknya belajar yang rajin, itu dikarenakan orang tua sudah tahu dan pernah melihat orang yang rajin belajar hidupnya akan menyenangkan, bisa dapat bea siswa, bisa bersekolah di sekolah yang favorit, dan itu adalah surga dunia." Demikian kataku dengan berapi-api. "Namun kalau anak tidak menuruti nasehat orang tuanya untuk belajar yang rajin, dia akan menuju kepada neraka dunia, bisa tidak naik kelas, tidak sukses dalam pendidikannya, dan itu adalah neraka dunia.
"Semua hal itu adalah sesuatu yang nyata dan pernah dilihat atau dialami oleh semua orang tua. Banyak sekali surga dan neraka dunia yang pernah dialami atau dilihatnya. Jadi, ikutilah nasehat orang tua, karna nasehat itu pasti benar adanya." Demikian aku mengakhiri diskusi kecil dengan anak-anakku tercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H