Media sosial pada saat ini sangat pesat perkembangannya, hampir semua kegiatan masyarakat bisa dilakukan melalui media sosial dan hampir semua orang tidak bisa lepas dari media sosial, khususnya para generasi Z atau akrab disapa genzi. Penggunaan media sosial seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, Twitter, YouTube, dan TikTok sudah menjadi satu kesatuan pada kehidupan saat ini.Â
Penggunaan media sosial sangat berpengaruh pada sikap atau perilaku dan pola pikir para generasi saat ini. Penggunan media sosial yang tidak dibatasi mempermudah para penggunanya, tetapi dibalik kemudahan bermedia sosial banyak dampak negatif yang akan muncul jika tidak bijak dalam menggunakan media sosial tersebut. Oleh sebab itu, sebisa mungkin kita harus menggunkan media sosial sebaik-baiknya sebagai sarana dan prasarana untuk memperkaya ilmu pengetahuan serta informasi yang ada di media sosial. Selain itu, media sosial juga bisa dimanfaatkan sebagai media untuk berinteraksi. Bebicara tentang interaksi tidak lepas dari bagaimana car akita berbahasa, hal ini erat kaitannya dengan variasi bahasa yang digunakan oleh generasi Z atau genzi untuk berkomunikasi di media sosial.
Para generasi Z atau genzi saat ini lebih sering menggunakan bahasa slang atau yang lebih akrab disebut bahasa gaul dalam setiap interaksi dan percakapan mereka di media sosial karena mereka mengganggap penggunaan bahasa gaul dalam sebuah percakapan menjadikan diri mereka terlihat lebih popular dan keren. Oleh sebab itu, mereka lebih sering menggunakan bahasa gaul daripada bahasa Indonesia sesuai kaidah kebahasaan yang baik dan benar. Hal tersebut memunculkan beberapa dampak yang kurang baik pada generasi Z saat ini, misalnya, kurangnya pengetahuan mengenai arti sebenarnya dari suatu kosakata dikarenakan para generasi Z lebih sering menggunakan bahasa gaul, sehinga ingatan bahasa Indonesia yang baik dan benar perlahan-lahan mulai pudar dari ingatan mereka.
Para generasi Z yang menggunakan bahasa gaul dalam percakapan sehari-hari merasa diri mereka lebih keren dan eksis dari mereka yang hanya menggunakan bahasa Idonesia saja. Berikut beberapa contoh bahasa gaul yang sering digunakan para genzi dalam percakapan sehari-hari, yang pertama ada "bonyok" yang merupakan singkatan dari "bokap, nyokap" kata "bokap" dan "nyokap" memiliki arti masing-masing, di mana untuk kata "bokap" merupakan sebutan untuk orang tua laki-laki (ayah) dan kata "nyokap" merupakan sebutan untuk orang tua perempuan (ibu). Mereka merasa menyebut kata bonyok merupakan suatu hal yang sangat keren dan eksis, sehingga mereka lebih memilih menggunakan kata tersebut daripada bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain kata tersebut, kata "kemek" yang berarti makan, juga sering digunakan oleh genzi dalam percakapan mereka. Tidak seperti kata "bokap" dan "nyokap" yang masih ada pada KBBI dan memiliki arti, kata "kemek" tidak ada di sana. Kata tersebut diketahui para genzi dari mulut-kemulut dan tidak diketahui sumbernya. Selain kata "kemek" yang tidak memiliki arti pada KBBI, tapi sering digunakan para genzi ada juga kata "sokin" yang artinya ke sini.
Bahasa gaul yang beredar saat ini dan digunakan para genzi ada banyak jumlahnya dan di atas hanyalah contoh saja. Menjadi generasi Z yang tetap menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan menjadikan itu sebagai kebiasaan tidak akan membuat kita menjadi orang yang tertinggal, justru sebaliknya dengan mempertahankan penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai kaidah membuat kita menjadi generasi yang mudah beradaptasi pada lingkungan yang luas cakupannya, baik formal, semiformal, bahkan nonformal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H