Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sebuah Cinta yang Terlarang # 8 ; Cewe Perkasa Kok Nangis?

23 September 2014   17:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:50 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Selesai Meeting Siska makan siang bersama Rudi dan Iwan. Ia melihat seorang wanita bersama anak dan suaminya. Mereka terlihat bahagia sekali, apalagi anak perempuan 10 tahunan itu sangat cantik. Ia jadi teringat putrinya.

Mungkin sekarang kamu sudah menjadi gadis yang cantik dan sebesar Axel. Jesica, maafkan mama.
Sebutir airmata meluncur menuruni pipinya.
"Sis, kau kenapa?" tanya Rudi.
Siska menggeleng pelan.
"Nggak apa-apa Mas!"
"Kau teringat lagi dengan putrimu!"
"Maaf mas, tapi sungguh tak bisa memaafkan diriku sendiri. Aku meninggalkan putriku yang masih balita!"
"Kau di paksa orangtuamu dulu, itu bukan kesalahanmu!"
"Itu salahku mas, itu salahku. Mungkin ini karma mas, karena aku meninggalkan anakku. Maka aku keguguran dan harus kehilangan rahimku!"
"Aku tak menyalahkanmu!" seru Rudi, "Toh kita tak bisa memutar waktu kembali ke masalalu kan!"

*****

Jesica naik motor Axel, tapi dia tak di antar pulang malah belok nggak tahu kemana. Axel behenti di suatu tempat. Memarkir motornya di pinggir jalan. Jesie pun turun, celingukan kanan-kiri.

"Loe nyulik gue, Loe mau ngapain?" seru Jesie.
"Kalau gue mau berbuat jahat, nggak mungkin kesinilah. Gue cuma pingin ngajak loe makan doang!"
"Makan!" desis Jesie.
"Aduh....gue laper banget nih, loe mau makan apa?"
Jesie melihat semua penjual yang berjejer.
"Gue paling suka bakso!"
"Kebetulan, tuh bakso paling enak di sini!" tunjuk Axel. Axel membawa Jesie ke sana, mereka duduk di kursi yang kosong.
"Bang, bakso dua ya!" seru Axel.
"Eh, kok dua. Bang empat ya!" seru Jesie.
"Empat, kita kan cuma berdua!"
"Tiga buat gue, satu buat loe." jawab Jesie tanpa malu.
Axel melotot.
Empat porsi bakso datang, Jesie langsung mengambil sendok dan garpu menaruh di salah satu mangkok. Menuang kecap dan sambal tanpa saus.
"Perut loe nggak konslet tuh, cabe sebanyak itu?"
"Kalau nggak pedes, kurang nampol!" jawabnya mengaduk baksonya dan melahapnya. Axel menatapnya sambil mengaduk-aduk baksonya sendiri. Tapi sampai Jesie melahab mangkok ketiga, bakso Axel masih utuh tuh. Matanya masih lekat di wajah gadis itu, tersenyum kecil menikmati pemandangan indah di depan matanya.
Gadis itu memang tak terlihat seperti cewe, cuek dan apa adanya. Axel mendorong mangkok baksonya.
"Nih buat loe aja kalau masih kurang!"
Jesie menengok.
"Katanya loe laper banget?"
"Lihat loe makan gue udah kenyang."

Jesie menaruh sendoknya, memungut teh botolnya dan meminumnya langsung. Bibirnya sedikit cengar-cengir karena kepedasan, jadi terlihat lebih merah alami.
"Kenapa loe lihatin gue kaya' gitu. Napsu, dasar buaya!"

Axel tersenyum.
"Nggak...gue cuman...!" seru Axel sambil menggaruk tengkuknya, "baru sekali ketemu orang kaya' loe, unik!"
"Unik....!" desis Jesie.
Senyum Axel semakin lebar, oh Tuhan...dia terlihat ganteng banget. Jesie sampai tak berkedip memandangnya. Axel menjentikkan jarinya di depan Jesie, membuyarkan lamunannya.
"Nah, sekarang kenapa loe yang lihatin gue kaya' gitu. A....loe suka sama gue!" goda Axel.
"Ih....PD banget loe. Najis tahu nggak gue suka sama loe. Cowo tuh betebaran di sini!"
"Ya kalau mereka suka sama loe, kebanyakan cowo tuh suka cewe yang feminin, cantik, mulus, seksi, tangannya alus....huh...pokoknya kaya' barbie deh. Nggak kaya' loe, cewe jadi - jadian!"

Di singgung soal tangannya yang alus, Jesie langsung mengkerut. Kan tangannya kaya jalan aspal, kapalan karena sering pegang kunci inggris dan peralatan bengkel. Axel menikmati wajah Jesie yang cemberut, dari ekspresinya.... Kemungkinan Jesie suka padanya ada 60 %,

"Woi!" seru Axel. "muka loe kenape, baksonya kurang...mau gue pesenin lagi?"
Jesie menggeleng.
"Mungkin gue harus diet ya!" desisnya.
Axel malah tertawa terbahak-bahak, membuat Jesie semakin cemberut.
"Diet, ha....!" masih dalam tawanya, "apa yang mau di dietin. Badan loe aja udah kecil!"
Jesie memang tidak gendut dan juga tidak kurus, kalau dia mau pake baju cewe malah seksi banget dengan dada penuh dan kaki yang panjang.

Jesie malah bangkit dan menyingkir.
"Eh, Jes!" seru Axel, ia merogoh kantung celananya, menaruh uang seratus ribu di meja dan menyusul Jesie, ia langsung menarik lengan gadis itu. Menghentikan langkahnya.
"Jes, loe ngambek?"
"Nggak!" jawabnya tanpa menoleh, "gue cuma mau pulang, mau bantuin ayah!"
"Sorry, kalau kalimat gue ada yang nyinggung loe. Gue anter ya!"
"Nggak perlu. Tadi aja nggak nyampe rumah. Malah kesini, ntar loe bawa gue ke tempat yang serem lagi!"

"Kali in sampe rumah loe deh. Swear!" katanya menacungkan dua jari sambil tersenyum. Jesie diam tapi mengangguk. Axel tersenyum lagi. Senyum itu lagi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun