Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sayap - sayap Patah sang Bidadari ~ Inheritance #Part 23

31 Oktober 2014   14:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:04 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Selesai makan malam dan mengantar kakek Willy ke kamarnya, Liana berjalan ke kolam di belakang rumah. Di pinggir kolam ia menubruk seseorang dan hampir jatuh. Orang itu menangkap tubuhnya dan kini mereka masih berpandangan dengan setengah berpelukan


Liana menelan ludah, dalam keadaan seperti ini jantungnya berdegup kencang sekali seperti mau loncat keluar. Kenapa pria ini selalu membuatnya merasa seperti itu, padahal dari tutur kata yang keluar dari mulutnya selalu membuat hatinya teriris. Nicky menyadari apa yang merayap di hatinya sendiri, ia segera melepaskan Liana ke kakinya sendiri.

Keduanya jadi kikuk meski tak seorangpun melihat.

"Ini sudah malam, apa yang kau lakukan di sini?" seru Nicky.
"Belum larut, aku belum mengantuk." jawabnya, mereka tak memandang satu sama lain.
"Ya....kau biasa keluyuran, bagaimana bisa tidur awal!" cibirnya,

Seketika Liana menoleh padanya, Nicky memandang air kolam.
"Kau tak perlu terus mengingatkanku, aku masih belum lupa daratan!"
"Itu bagus, apa kau yakin tak terjadi sesuatu antara kau dan Rey?"

Liana menajamkan pandangannya terhadap pria itu mendengar apa yang di katakannya.

"Kemana arah bicaramu?"
"Kau tahu kemana itu." jawabnya dengan tenang,
"Kalian pergi berdua, tidak ada yang tahu kan apa yang terjadi?"
"Kami memang pergi berdua, ya. Kau benar, tidak tahu apa yang terjadi selain aku dan Rey sendiri. Tapi aku tegaskan padamu, aku memang hidup di jalanan tapi aku bukan pelacur jalanan!" seru Liana dengan menekankan kalimat itu dalam, "kupikir, kau sama terhormatnya dengan kakek, tapi ternyata kau begitu picik. Kau tak jauh berbeda dari para bajingan yang suka keluar masuk rumah bordil!" lanjutnya lalu berlalu, tapi baru saja ia menjauhkan langkahnya. Nicky meraih lengannya dan menariknya hingga tubuhnya berputar jatuh kembi di dada pria itu.

"Kau bilang apa?" geram Nicky.

Ia menatap Liana langsung di matanya, mencoba membuat gadis itu menciut. Tapi Liana malah membalas tatapan tajamnya.

"Ku rasa kau tidak tuli, Jadi aku tidak perlu mengulanginya kan!"

Nicky mengencangkan cengkeramannya di lengan Liana, itu membuat Liana kesakitan. Tapi dia mencoba tak memperdulikan rasa sakit itu. Salah satu tangan Nicky yang masih bebas naik ke atas dan menahan belakang kepala Liana, mendekatkannya padanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun