Â
Iring-iringan mobil mewah itu mulai memasuki kawasan Gedung Mahkamah Konstitusi, mobil-mobil mentereng warna hitam berjejer sekitar ada 3 biji, ada sebuah mobil jeep, dua buah mobil polisi. Perlahan memasuki gerbang gedung itu, berada di dalam mobil kedua dari depan, seorang pria 40an berdandan sangat intelektual, parasnya sesikit angkuh nan tegas, dia adalah seorang eksekutif ternama yang sedang mencalonkan diri sebagai salah satu Menteri. Koneksinya lumayan banyak, termasuk dalam MK, tak elak, saingannya pun tak kalah banyak pula.
Mobil-mobil itu mulai berhenti, beberapa orang mulai keluar, salah satunya membuka pintu mobil kedua. Pria itu keluar dari dalam mobil dan mulai melangkah, tapi tiba-tiba saja tubuhnya tersungkur ke lantai. Membuat semua orang tersentak kaget dan langsung bersiaga mencabut senjata apinya seraya mengamati ke sekeliling tempat itu. Tubuh pria itu terkapar, darah segar mulai mengalir dari sisi kepalanya.
Semua orang mencoba mencari siapa pelakunya tetapi di sekitar tempat itu tak ada yang bisa mereka curigai, tak ada tanda-tanda seseorang yang bersembunyi di atap gedung atau di dalam rerimbunan dedauan pohon yang berjejer.
Tak lama berselang, mobil-mobil polisi sudah berkumpul di sana, begitupun para wartawan yang haus akan berita dan tidak akan pernah puas. Berita kematian sang eksekutif sekaligus calon pejabat itu langsung beredar di media masa, entah cetak ataupun visual. Apalagi dalam masa kampanye seperti ini.
* * *
Seorang wanta cantik nan seksi duduk di sebuah meja di ujung di dalam coffeshop langganannya, sesekali matanya mengerling ke arah pintu masuk seraya menyesap isi cangkir mungil yang berada di dalam genggamannya yang lentik. Mata indah yang tajam dan menggoda, yang mampu melumpuhkan semua yang menangkapnya. Ia meletakan cangkir kopinya karena mendengar bunyi bib dari hp yang ia letakan di dalam saku jaketnya. Ia memungut benda itu dan melihat pesan yang masuk.
"Sorry honey, aku terlambat!"
Sebuah suara membuatnya mendongak, seorang pria awal tiga puluhan yang super tampan mulai mendudukan diri di kursi yang kosong di meja itu. Sang wanita tersenyum seraya menyimpan hpnya kembali, "tak apa, aku juga baru sampai!" sahutnya dengan nada yang lembut.
"Maaf, pekerjaan ku sedikit menumpuk belakangan ini!"
"Yah....kau terlihat sangat sibuk belakangan!"