Ada rasa yang menghentak ketika anganku menerbang ke arahmu, dimana tak bisa kudaratkan rindu, di bibir ranummu, yang ketika itu, dulu, bergelayut manja di pelukku, membagi sepenggal kisah yang kau sisa, antara raung malam dan senja, masihkah?
Kuncup rerumputan menyapa, dibawah terang hangat mentari pagi yang kita nikmati, seusai singkat tegur sapa, yang hanya sesaat itu,
Dan kau hanya diam, menunggu! Tapi kau tahu apa jawabku. Tak akan berubah, akan selalu begitu. Karena detik-detik yang pernah, kita arungi, semua itu, apakah kau tahu?
Aku tak akan melepasmu lagi, Zen! Tidak seperti lalu, betapapun kau membujukku. Kau memang pernah berkata, bahwa hatiku seperti luasan jagad raya. Yang selalu memberimu sejuta ruang maaf dari seribu dosamu, tapi aku juga ingin kau tahu, bahwa hatiku juga sesempit kotak jempit rambutku yang kusimpan di laci, hanya mampu menampung satu cinta, cintamu Zen!
Seperti kotak itu, aku juga kini akan menyimpanmu rapat disisiku, tak akan kubiarkan lagi kau sesuka hati, datang dan pergi, seperti selama ini, kau pergi melayar entah kemana, ke pelukan siapa, setiap September menghilang,dan kau akan datang, kembali menawar cinta padaku, setiap September menjelang, seolah... september adalah dermagamu. Tempatmu kembali memeluk cinta yang tulus menanti,
Tidak Zen, kau salah! Bukan pada September kau harusnya berlabuh, tapi padaku, pada hatiku,
Apa kau tahu? Bagaimana aku tanpamu? Seisi duniaku menjadi hening, karena dimanapun aku menatap, disitu hanyalah ada dirimu, semua suara adalah suaramu, seisi otakku hanya wajahmu, kurasa kau tahu itu Zen!
Disinilah kau semestinya, Zen! Disisiku, bersamaku. Kita akan berbagi cerita, tentang, seluruh senja yang kita larutkan dalam malam-malam penuh cinta, kita akan menempa hangat pagi bersama mentari, biarkan seluruh alam mengiri,
Kau percaya itu, Zen?
Â
__________o0o__________