Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[RINDU] Ma, Pa, Pulanglah!

8 September 2016   18:42 Diperbarui: 8 September 2016   19:07 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Gadis remaja itu menghentikan langkah di depan pintu kamar kedua orangtuanya yang setengah terbuka, terlihat sang mama sudah rapi sekali mengenakan gaun hitam semata kaki sambil berbicara dengan seseorang di hpnya. Wanita itu menyambar tas Cannel-nya lalu berjalan ke pintu,

"Ma, ini...!" gadis itu menyodorkan sebuah kertas putih yang terlipat rapi, "sayang, mama buru-buru, nanti saja ya!" potong mamanya seraya berlalu. Gadis itu termangu dengan tangan masih menyodorkan kertas putih di udara. Mamanya terus berlalu keluar rumah, masih dengan mengobrol di hp.

Gadis itu menurunkan tangannya kembali, berbalik menatap kemana mamanya berlalu. Memang mamanya sudah tak terlihat oleh matanya, iapun berjalan meninggalkan kamar itu. Saat menaiki beberapa anak tangga terdengar mobil papanya merapat ke garasi, ia mengembangkan senyum dan berlari untuk menghampiri. Terlihat sang papa turun dari mobil Pajero berwarna putih itu, ia mendekat,

"Pa, besok bisa datang ke sekolah?" tanyanya sambil menyerahkan kertas itu, pria itu menatap tangan putrinya yang berisi sebuah lipatan kertas,

"Aduh..., maaf sayang. Besok papa ada meeting pagi, suruh mama saja ya!"

"Tapi pa, ini penting sekali. Dan sepertinya mungkin mama juga tidak bisa!" mohonnya,

"Kalau begitu suruh bibi saja,"

"Apa pa, bibi?"

"Papa capek sayang!" sahut pria itu berlalu. Sang gadis membuka mulutnya tapi tak jadi mengeluarkan suara, menatap papanya yang berjalan masuk. Perlahan iapun memasuki rumah kembali, memasuki kamarnya dengan gontai. Ia duduk di kasurnya yang empuk dan nyaman. Menatap kertas putih, itu membuka dan membacanya. Wajahnya terlihat geram, ia meremas kertas itu lalu melemparnya ke tempat sampah. Menatapnya beberapa saat.

* * *

"Kami perlu bicara dengan orangtuamu, Berlian. Bukan dengan..., pembantumu!" seru pak Roy, kepala sekolahnya dengan nada kecewa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun