Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Price of Honor ( Part 4 )

22 Juli 2014   16:01 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:35 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Still First Day, Senin.....

11.45 a.m


Ibu Marta sedang makan siang bersama Duta besar As di sebuah restoran tak jauh dari gedung Kedubes. Danny memeriksa sekeliling untuk memastikan keamanan, sementara beberapa anak buahnya beserta pengawal lainnya berjaga ketat.


Di luar sebuah mobil BMW hitam merapat ke tepi jalan di sisi restoran, ada tiga orang keluar dari dalamnya, seorang wanita cantik dan dua pria yang seperti bodyguardnya. Mereka berpakaian cukup elegan dan berkelas. Memasuki restoran dengan santainya, ketiga orang itu berjalan menuju meja di sebelah meja Ibu Marta. Wanita itu duduk, sementara dua pria yang bersamanya berdiri dan seperti mengamati suasana. Memastikan aman atau tidak, sang wanita mengambil telepon genggamnya, ia terlihat menekan nomor lalu meletakkannya di telinga. Seperti bicara pada seseorang, entah itu nyata atau hanya pengalihan saja. Danny memperhatikannya sejak mereka masuk. Kemudian wanita itu menaruh sebuah kotak di meja. Bersikap seolah menunggu seseorang, ia kembali membuka ponselnya. Mengotak-atiknya seperti sedang mengetik sebuah pesan. Dua orang pria yang berdiri itu menggerakkan mulutnya pelan seolah berbicara, mata mereka jelas sekali mengawasi situasi. Saat itu Danny berada beberapa meter dari Ibu Menteri, restoran itu sedikit ramai dengan pengunjung.

Seorang waiters mendatanginya tapi wanita itu sepertinya tidak membutuhkan pesanan apapun. Sang waiters pergi kembali meninggalkannya.


Wanita cantik itu berdiri dan berjalan menjauh, ia masih memegang ponselnya. Danny memperhatikannya terus sedari tadi. Mata Danny memutar ke meja yang tadi di pakai wanita itu. Kotak itu masih ada di atas meja, tak bergerak dari tempat semula. Kenapa kotak itu di tinggalkan? Apa isinya?patut di curigai.


Jangan-jangan.... Itu....


Mata Danny kembali ke wanita itu, wanita itu tak berjalan ke pintu keluar tapi justru ke belakang, ia menoleh ke arah Ibu Marta, entah ke sana atau ke kotak itu. Keduanya satu dari pandangan mereka, Danny melempar pandangannya kembali ke wanita itu lalu ke kotak di atas meja. Wanita itu masih menggenggam ponselnya.


Oh my God!


Danny berlari ke arah meja itu secepat ia bisa, sang wanita siap menekan sebuah tombol. Sepertinya itu sebuah bom yang di kendalikan oleh ponsel. Hampir semua mata mengarah ke Danny yang berlari, ia memungut kotak itu tepat si wanita menekan tombol ponselnya, secepat mungkin Danny melempar kotak itu menjauh dari keramaian, yaitu ke arah diding kaca dan BOOM.... Meledak, membuat semua orang berdiri dan berlari ke sana ke mari. Beberapa pengawal Ibu Menteri berlari melindunginya. Mereka mencabut senjata api mereka.


Wanita dan dua pria tadi membidikkan senjata ke arah Duta Besar As dan Ibu Menteri, mereka menenbak tapi Ibu Menteri sudah dalam perlindungan. Para pengawal membalas tembakan mereka, Danny mendekat dengan Ibu Menteri untuk melindunginya sambil ikut menyerang. Terjadi baku tembak di sana. Salah satu pria itu sudah tumbang, entah oleh peluru siapa? Sang wanita lari menjauh dengan terus melancarkan tembakkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun