Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Price of Blood #Part 24

10 Mei 2015   20:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:11 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Part 24


Sharon terpaku ketika mendengar bunyi klik dari senjata api yang moncongnya menempel di kepalanya. Ferian menatapnya tajam, "darah harus di bayar dengan darah!" desisnya, tapi saat pria itu menarik pelatuknya Sammy sudah berdiri di kakinya, menarik lengannya menjauh dari kepala Sharon tepat saat sebuah setusan melesat dari senjata itu. Sharon memejamkan mata seketika, dengan cepat Sammy meninju pria itu hingga terpental dan senjata di tangannya pun terlempar. Perlahan Sharon membuka matanya, ia memegang kepalanya yang masih utuh dan menghembuskan nafas lega. Ia menoleh ke arah Sammy dan Ferian yang sedang bergulingan saling menyerang.

"Sammy!" desisnya, ia senang karena Sammy sudah kembali tapi ia juga khawatir karena Sammy baru saja terlepas dari pengaruh buruk. Entah obat apa yang di berikan pria itu pada kakaknya tapi itu pasti akan memiliki efek buruk. Sementara Danny masih menghadapi beberapa orang anak buah Ferian yang cukup tangguh hingga membuatnya kewelahan, bahkan ia babak belur. Seseorang mendatangi tempat Sammy dan Ferian bertarung, ia segera memungut Sammy dari Ferian dan memberikannya sebuah tinju hingga terpental ke lantai. Sharon tercekat, "Sammy!" teriaknya, bersamaan dengan itu Budi masuk ke dalam ruangan itu. Ia langsung menembak beberapa orang yang sedang menghajar Danny. Membuat semua orang menoleh, Sharon segera menghampiri Sammy.

"Sammy!" desisnya, ia membantu Sammy berdiri. Melihat hal itu Ferian sudah tidak peduli lagi dengan yang lainnya, ia segera berjalan cepat ke arah ruangan berkaca di sentral tempat itu. Menggesekan sebuah card untuk membukanya, pintu terbuka dan ia memasuki ruangan itu. Ia mendekati sebuah tempat, memandangi benda itu.

"Sammy, kamu nggak apa-apa?" cemas Sharon, "I'm fine!" sahutnya memegang dadanya, "apa yang terjadi?"
"Kamu sungguh nggak ingat?"

Sammy menggeleng. Sementara Budi membantu Danny bertarung dengan sisa orang-orang itu, Sharon membantu Sammy berjalan, tapi seseorang menghadang langkahnya. Dia adalah pria yang memukul Sammy beberapa detik lalu. Ia melangkah mendekat sementara keduanya mundur. Tapi seseorang memukulnya dari belakang hingga membuatnya terjatuh, tapi orang itu masih sadar dan segera bengkit. Berbalik menatap Danny tajam, sepertinya pria yang satu ini akan cukup tangguh.

Di basement Jonan baku tembak dengan beberapa orang yang mengawal Anton, sementara Anton memasuki mobil super cepat itu. Tapi tembakan bertubi-tubi mengarah padanya, ia segera menyalakan mesin yang masih memakai kode itu, sementara lontaran timah panas masih menbabi buta kepadanya. Mobilpun mulai berjalan dengan di ikuti lemparan peluru tapi sayangnya, salah satu ban belakang mobil itu terkena tembakan dua kali. Membuatnya menjadi oleng tak terkendali, ia menuju sebuah lorong tapi karena ia tak sanggup mengendalikannya maka iapun menabrak tembok hingga kepalanya terbentur. Beberapa orang segera menghampirinya, membuka pintu dan mengeluarkannya dari mobil itu. Meringkusnya, ia tak melawan karena kepalanya masih berputar akibat terbentur, bahkan dahinya berdarah. Salah satu orang memungut tas yang di bawa oleh Anton dan menyerahkannya pada Jonan. Jonan menyuruh beberapa orang untuk membuka tas itu, mereka memakai masker pelindung karena tahu apapun yang berada di dalam tas itu adalah zat berbahaya.

*****

Danny bertarung dengan orang itu, lawannya itu memang sangat tangguh. Apalagi kondisinya yang sudah cukup lelah, untungnya Budi sudah berhasil mengalahkan yang lain meski dirinya mendapatkan tembakan di perutnya. Ia membantu Danny menumbangkan lawannya dengan menembaknya beberapa kali saat orang itu terpental. Danny menatap mayat orang itu sejenak lalu menghampiri anak-anaknya, memeluk mereka erat.

"Papa!" desis Sharon memeluknya, "kalian tidak apa-apa?" tanya Danny, keduanya menggeleng. Danny melepaskan keduanya, "kalian harus pergi dari sini!"
"Kita pergi sama-sama!" ajak Sharon.

Danny membawa Sharon dan Sammy ke arah Budi, menatap pria itu. "apapun yang terjadi, aku ingin kau memastikan mereka keluar dari tempat ini dengan aman!" pintanya. "jangan khawatir, aku akan membawa mereka keluar dalam keadaan hidup!" janjinya.
"Apa maksud papa?" seru Sharon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun