Dia duduk menatap cermin. Menatap dirinya yang tengah dirias oleh seorang wanita, kusenderkan tubuhku di bingkai pintu menatapnya. Dia menangkap pandanganku dan tersenyum,
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanyanya,
"Kenapa, aku tak boleh mendahului?" godaku menjinjing satu alihku. Dia selalu bisa membaca otakku, "dasar anak kurangajar. Lihat saja, sebentar lagi akan kuajari kau biar sopan!" umpatnya.
"Ho...ho..., aku mananti itu!"
Dia merubah mimiknya, "dimana Albert, kau sudah menghubunginya?" tanyanya mengalihkan. Selalu! Aku harus mendengus kesal ketika dia selalu lebih mementingkan papa ketimbang aku.
"Dia sudah siap. Tapi karena tiba-tiba ada urusan, jadi...ya...minggat dulu!"
"Dasar tidak konsisten!" makinya.
Wajah dan rambutnya sudah selesai dirias. Cantik. Membuat jantungku kian bergetar, tapi ia belum mengenakan....
"Alan!"
"Ng?"
"Kau mau menontonku mengenakan gaun?" sindirnya. Matanya tajam sekali mengusirku. Tapi aku tidak akan puas jika tidak menggodanya, "sebenarnya ya, aku belum pernah melihatmu ganti pakaian secara langsung!" sahutku.