[caption caption="magazine.foxnews.com"][/caption]"Semua itu benar?"
Suara mas Fendra terasa nyeri di telingaku, meski ia melontarkannya dengan pelan. Aku tak tahu harus bagaimana mengatakan semua ini, ia telah terlanjur tahu, dan itu dari oranglain. Ku balas tatapan matanya yang selama ini selalu meneduhkanku, yang saat ini menjadi lain. Begitu menusuk dadaku sampai membuatku tak bisa bernafas.
Aku tahu apa yang telah kulakukan itu salah, tapi akankah ia mengerti alasannya?
* * *
"Maksud pak Erwin?"
Pak Erwin adalah bos besar di perusahaan mas Fendra bekerja. Ia sengaja meminta bertemu denganku karena aku meminta pertolongannya tentang kasus yang tengah membelit mas Fendra. Kasus yang membuatku tak tahu lagi harus berbuat apa! Semua telah kulakukan, mulai dari membayar kerugian perusahaan sampai tabungan kami ludes. Bahkan saat ini aku tak mampu membayar pengacara.
"Kasus ini sudah terlanjur berada di tangan hukum, aku tak bisa berbuat banyak. Meski kunyatakan bahwa suamimu tidak bersalah, kita tetap harus mengumpulkan bukti yang menyatakan hal itu. Tapi bukti-bukti yang ada, justru memberatkan suamimu!"
"Tapi suami saya tidak melakukan apapun pak, anda tahu itu. Anda juga tahu bagaimana kinerja suami saya selama ini, dia orang yang baik!" airmataku sudah mulai mengintip.
"Memang bukan suamimu yang melakukan itu, tapi dia adalah Direktur Pelaksana yang menjabat saat itu ketika kasus ini mencuat. Secara tidak langsung, suamimu bertanggungjawab penuh atas kasus ini!"
"Saya mohon pak, saya tidak tahu lagi harus meminta bantuan siapa. Anda adalah Presiden Direktur di perusahaan, anda pasti bisa melakukan sesuatu!" aku mencoba mengemis padanya.
"Intan..., kau tahu..., aku sudah mengurusi terlalu banyak masalah di perusahaan. Termasuk masalah suamimu, lagipula..., kasus ini sudah terlanjur masuk ke meja hijau. Aku tak bisa berbuat banyak, meskipun aku PresDir di perusahaan, tapi perusahaan juga di pegang oleh beberapa dewan direksi. Dan semua dewan direksi sudah menyerahkan kasus ini ke jalur hukum, aku tidak kau di anggap pilih kasih!"