Dengan lesu kuluncurkan tubuhku dari ranjang, mataku masih setengah merem saat berjalan menuju pintu keluar. Jadi seperti tidur jalan saja! Lagipula untuk apa dini hari buta seperti ini Ferdy harus menggangguku? Apa dia tidak punya kerjaan? Atau..., tidak punya jam tidur sehingga masih keleyapan! Ok, aku tahu seperti apa pekerjaannya, tapi bukan berarti harus mengganggu jam istirahatku juga kan?
Kubuka pintu sambil menggaruk kepalaku, wajahnya langsung muncul di depanku, "ada apa, kau tahu jam berapa ini...aaaahhhhkkkk," kubiarkan diriku menguap di depannya. Tak peduli seperti apa tampangku, aku juga tidak lupa menggaruk leherku. Lalu aku kembali berjalan masuk lebih dulu, dia mengikuti setelah menutup pintuku.
Kutenggelamkan diriku ke dapur, mencuci muka di wastafel. Mengelap wajahku dengan tisu lalu menenggak air putih, kulirik jam di dinding di ruang tengah yang tentu terlihat dari dapurku yang tak terlalu luas,
3.20
kubalikkan tubuhku, dia sudah duduk di meja makan. Lalu kuhampiri dan ikut duduk, "ada apa, apa kau tak bisa menunggu sampai besok?"
"Tanggung, lagipula kau butuh informasi ini sebelum ada jurnalis lain yang mengetahuinya!"
Kupicingkan sebelah mataku, "informasi apa?" dia malah menatapku dalam. Mungkin karena ini pertama kalinya menatapku dalam keadaan berantakan seperti ini. Dia meletakkan kedua tangannya diatas meja,
"Dua jam yang lalu, Cindy Prastika baru saja menghilang dari rumahnya,"
"Kutebak, dia baru merayakan ulangtahun ke - 17 nya,"
"Bukan itu point pentingnya," potongnya membuat mataku sedikit melebar, "dia dan juga para gadis yang menghilang selama ini, menderita MPD,"
"MPD?"