Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dia..., Putri Papaku!

20 Februari 2016   10:43 Diperbarui: 20 Februari 2016   19:48 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="www.weheartit.com"][/caption]

 

Ku kendarai Outlander sportku dengan kecepatan sedang karena jalanan lumayan ramai, tidak memungkinkanku untuk mengebut. Di sebelahku duduk mama tercintaku, yang membesarkanku dengan segala cinta dan kerja kerasnya seorang diri sejak bercerai dari pria itu, lebih tepatnya di ceraikan secara sepihak. Dan pria itu, yang darahnya mengalir di seluruh tubuhku, yang terkadang membuatku ingin mengeluarkannya dan menggantinya dengan darah baru, pria itu tak memperdulikan mamaku lagi sejak kecelakaan yang mama alami saat usiaku 7 tahun. Saat itu mama sedang hamil 5 bulan, akibat kecelakaan itu rahim mama harus di angkat oleh pihak rumah sakit karena pecah, dan ada bagian wajah mama yang bekas lukanya tak bisa hilang total.

Kata pria itu, satu anak tak cukup baginya, dan mama sudah tidak cantik lagi. Itu sebabnya ia memiliki wanita lain lalu menikahinya dan tak memperdulikan mama lagi. Padahal mama sangat mencintainya. Dari istri keduanya itu dia memiliki satu anak lelaki dan dua anak perempuan, mungkin dia merasa sudah lengkap hingga harus menceraikan mama. Tapi satu tahun kemudian ku dengar mama berkata kalau dia menikahi wanita lain lagi secara siri, karena wanita itu sudah melahirkan seorang anak laki-laki darinya.

Dasar pria tak bermoral!

Ternyata memang satu wanita tak bisa membuatnya merasa bahagia, atau puas mungkin! Sudah. Aku tidak mau membahas pria itu.

"Ken, mama penasaran sekali. Kasih tahu mama dong..., siapa namanya?"

"Ah, entar juga mama tahu. Kan bentar lagi mau ketemu!" sahutku sengaja tak mau memberitahu mamaku siapa gadis pujaan hatiku, aku menjalin hubungan dengannya selama setahun terakhir ini. Kami bertemu di pesta pernikahan teman kantorku, dia itu teman baik adik teman kantorku yang menikah itu. Sejak pertemuan pertama kami, aku langsung falling in love with her.

Rasa bahagaiku bertambah ketika aku tahu perasaanku bersambut, terus terang dalam hubungan kami, kami jarang membicarakan tentang keluarga kami masing-masing karena aku memang tak suka membicarakan hal itu. Apalagi yang menyangkut pria yang pernah ku panggil papa. Jadi..., baik aku maupun dia sama-sama belum bertemu dengan keluarga satu sama lain. Aku bahkan belum tahu siapa nama orang tuanya, nama kakak-kakaknya, dan nomor rumahnya. Aku selalu menurunkannya di depan kompleksnya tinggal setiap mengantarnya pulang. Lagipula katanya ia tinggal dengan tantenya yang menjanda tak lama setelah suaminya meninggal karena kecelakaan bersama bayi yang di kandungnya. Otomatis, tantenya itu tak bisa punya anak lagi, jadi ia putuskan tak mau menikah lagi karena takut suaminya kecewa ia tidak akan mampu memberikan keturunan.

Aku iba karena nasibnya hampir sama dengan mama, kehilangan bayi dan rahimnya karena kecelakaan. Bedanya mama kehilangan suaminya karena suaminya memilih wanita lain sedang tante pacarku itu kehilangan suaminya karena suaminya meninggal. Ku rasa, tantenya masih lebih beruntung dari mama. Pacarku memutuskan tinggal dengan tantenya karena ia memang lebih dekat dengan tantenya daripada mamanya sendiri. Terkadang aku bingung dengan hidup ini, kok penuh kerumitan begini?

"Ayolah Ken, kamu jangan bikin mama penasaran. Emang dia secantik apa sih, lebih cantik dari mama ya?" rengek mamaku manja, "kamu jahat, nanti kalau kamu menikah..., kamu pasti lupa sama mama!" kata mamaku pura-pura ngambek. Ku sunggingkan senyum semanis mungkin, "mama..., mama itu wanita paling cantik di dunia. Dan mama itu adalah jantung hatiku, mana mungkin aku bakal tinggalin mama!" rayuku sudah seperti kekasih saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun