"Saya bangun kesiangan mbak, semalam nggak bisa tidur!"
Setelah itu tak ada perbincangan lagi sampai ke toko bunga, meninggalkan taksinya aku langsung memasuki toko bunga itu yang Ika Dan Desy sudah mulai sibuk. Mereka memang tidur disana berhubung mereka berasal dari luar kota, sama sepertiku. Dulu.
Dari balik meja kasir aku menatap keluar, dan taksi itu masih bergeming. Di tempatnya menurunkan aku, bisa kurasakan pria itu menatap ke arahku. Aku tak bisa berfikir kenapa dia masih ada di sana dan belum bergerak! Ataukah mungkin..., selama ini dia sengaja mengikutiku?
Aku pun terpaksa harus mengawasinya, hingga pria berseragam armada taksi itu keluar dari kendaraannya lalu berjalan masuk ke toko bunga. Ia melihat-lihat beberapa bunga, perhatiannya jatuh pada sekumpulan bunga Camelia. Lama ia memandangi bunga itu, sesekali matanya akan ia lirikan ke arahku. Entah apa yang ada dalam benaknya!
Ika menghampiri dan bertanya, ia bilang ia tak mau membeli bunga itu. Tapi ia justru bertanya dimana ia bisa mendapatkan bunga itu tanpa harus membelinya!
Pertanyaannya itu membuat Ika kesal. Aku sempat mendengar gumanan Ika yang berjalan menjauhinya, "kalau tidak mau beli ya jangan tanya ini-itu, pakai tanya harganya berapa segala!" aku tersenyum mendengar ocehan Ika yang lirih itu.
Ku lihat dia masih berdiri di sana memperhatikan bunga Camelia itu, dan masih sama-sama. Sesekali aku mempergoki matanya mencuri ke arahku. Apa maksudnya?
Ku hampiri saja dia, "maaf mas, ada yang bisa saya bantu?" tanyaku. Ia tidak terlonjak, karena mungkin memang sudah mengetahui keberadaanku.
Ia menolehku.
"Toko bunga ini milik mbak?"
"Bukan, toko ini titipan!"