Perlahan Liana bergerak, "ehmmhhh....!" desisnya menggerakan kepalanya, Nicky menatapnya secara perlahan dan tetap berusaha konsen dengan jalanan. Liana membuka matanya pelan-pelan, pandangannya masih sedikit kabur dan kepalanya terasa pening, serasa mau pecah. Ia mengangkat tangannya ke sisi kepalanya, memijitnya pelan,
"Li, kau tidak apa-apa?" tanya Nicky, suara itu membuatnya menoleh, ia menemukan wajah suaminya yang terlihat sangat cemas. Lalu memutar matanya ke seisi ruangan, ternyata mereka berada di dalam mobil.
"Jangan khawatir, sebentar lagi kita sampai di rumah sakit!" seru Nicky, "rumah sakit!" desis Liana, "Nicky, aku tidak kau ke rumah sakit!" tolaknya dengan suara yang masih lemah.
"Tapi....!"
"Aku tidak apa-apa, aku mau pulang saja!"
"Tapi Liana,"
"Aku mohon!"
Akhirnya Nicky mengalah, ia memutar balik di lampu merah untuk menuju kediaman mereka. Sesampainya di rumah, Nicky memapahnya. Melihat keadaan Liana yang terlihat lemah, Jaya dan Rizal menghampiri,
"Apa yang terjadi?" cemas Rizal, Liana mengangkat pandangannya ke pria yang sudah seperti kakaknya itu dengan kilatan yang tak mampu Rizal baca, ada amarah, kesal, kecewa yang sepertinya beraduk menjadi satu. Membuat hati Rizal jadi gemetar, Liana tak pernah menatapnya seperti itu sebelumnya.
"Jay, bisa tolong panggilkan dokter?" pinta Nicky, "tidak Nicky, aku tidak butuh dokter!" tolak Liana.
"Tapi Liana, tadi kau kesakitan sampai pingsan!"