Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sayap-sayap Patah sang Bidadari~ Inheritance #Part 15

9 Oktober 2014   14:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:45 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang itu menempelkan moncong pistolnya tepat di kening Daren, membuat Daren diam tak berkutik. Pria berperawakan tinggi besar, berkulit coklat dan berwajah sangar itu menatap Daren dengan tatapannya yang tajam. Daren tak pernah bertemu dengannya, siapa pria ini dan kenapa dia menculiknya?

"Siapa kau?" tanya Daren.

Orang itu masuk dan menutup pintu, pistol masih di tangannya dan masih di todongkan ke arah Daren. Orang itu pun duduk menatapnya.

"Siapa aku itu tidak penting, jika kau ingin selamat maka diamlah di tempatmu!" ancamnya.


Daren memperhatikan orang itu, nampaknya ia sedang menunggu seseorang. Siapa? Sudah pasti orang yang membayarnya. Daren melirik ke luar, tempat dimana mereka berasa sekarangvadalah sebuah parkiran yang nampaknya sudah tak terpakai. Itu cukup sepi, jika dirinya mati di sini tidak akan ada yang tahu sampai mayatnya membusuk. Ah...., lebih baik ikuti saja mau orang itu.


Tak berapa lama sebuah mobil merapat tak jauh dari mereka. Jantung Daren sudah berdegup kencang menanti siapa orang yang akan menghampirinya. Orang itu masuk, duduk di samping pria yang menodongnya. Dan berhadapan dengan dirinya. Orang yang juga tak pernah Daren temui atau pun lihat. Ia pikir yang akan datang adalah Ferhan Hari Kusumo, tapi ternyata bukan. Orang itu memandangnya dalam.


"Daren Harlys. Aku cukup tahu prestasimu, sayang sekali kau sia-siakan itu di perusahaan yang akan hancur!"

"Harris Group maksudmu, maaf tn. Aku sama sekali tak menyia-nyiakan kemampuanku!"


Orang itu tersenyum, kecil dan sinis.

"Aku berniat menawarimu sesuatu yang jauh lebih besar dari sekedar staf karyawan. Kau bisa menjadi bosnya jika kau mau!"

"Apa maksumu?"


Orang itu meletakkan sebuah kunci dan dokumen di depan Daren.


"Itu sebuah kunci rumah dan sertifikat sebuah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi. Kau bisa memilikinya asalkan....., kau bersedia resign dari Harris Group!"


Daren melotot.

"Kupikir kau memiliki hasrat untuk bisa memiliki sebuah perusahaan sendiri!"

"Maaf Tn. Siapapun namamu, aku tidak tertarik dengan tawaranmu. Kau salah menilaiku, simpan saja untuk dirimu sendiri. Sepertinya kau lebih membutuhkannya daripada aku!"


"Kau sombong sekali!"

"Sombong, aku bukan sombong. Aku bergabung dengan Harris Group bukan krena aku ingin menjadi penguasa ataupun bos. Aku mencintai pekerjaanku, itu saja!" sahutnya dengan tenang.

"Pikirkanlah sebelum kau menyesal!"

"Sudah ku pikirkan, dan kau tidak akan bisa mengubah pendirianku." tegasnya."Apa kau punya hubungan dengan Indi Group? Karena sepertinya mereka ingin sekali Harris Group hancur, kau orang suruhan mereka?"

"Aku mengenal banyak perusahaan dan para pemimpinnya. Termasuk anak ingusan yang memimpin Indi Group. Tapi aku yakin dia tidak punya nyali untuk melakukan apa yang aku lakukan saat ini!"

"Lalu siapa kau?"

"Itu bukan urusanmu, aku masih memberimu kesempatan untuk berubah pikiran!"

"Sayangnya aku tidak akan berubah pikiran, meski kau membunuhku."


"Fine, that's your choice!" seru Orang itu lalu mengambil kembali barang yang ia tawarkan untuk Daren dan keluar. Sang pria bertubuh besar itu masih duduk di depannya. Tanpa sepatah katapun ia menghantam kepala Daren hingga tak sadarkan diri kembali. Orang itu pun keluar dan menghampiri bosnya.


"Bagaimana bos?" tanyanya.

"Bereskan dia Burhan, buat seolah kecelakaan!" seru Bobby Hendarta lalu memasuki mobilnya dan tancap gas.


Burhan memungut bungkus rokok dari kantong celananya, melolos sebatang dan menyelipkannya di bibirnya. Menyulutnya dengan korek gas, ketika ujungnya sudah menyala merah ia mengisapya dengan seksama. Kepulan asap mulai mengepul ke udara. Burhan berjalan ke dalam mobil.


*****


Andre sampai di apartement Daren, ia memarkir motornya dan berjalan ke arah lobi. Tapi ia melihat beberapa polisi dan security di parkiran, dan ia seperti melihat mobil Daren ada di sana, di dalam pita kuning yang mengurungnya. Andre pun menghampiri orang-orang itu.


"Maaf pak, ada apa ini?"

Dua polisi dan seorang security menoleh padanya.

"Saya lihat mobil teman saya berada di dalam area....!"

"Itu mobil teman anda?" tanya salah seorang polisi.

"Iya!"

"Kalau begitu anda bisa memberikan kami keterangan mengenai pemiliknya?"

"Tentu saja, tapi ....apa yang terjadi?"

"Beberapa security menemukan mobil ini terbuka, ada sebuah tas di dalamnya, kunci dan hp yang terjatuh di lantai. Tapi pemiliknya tidak kami ketahui!"


Andre bicara dengan para polisi itu untuk mengetahui apa yang terjadi, setelah itu ia langsung menghubungi Nicky.


Burhan membawa Daren ke sebuah jurang, di bawahnya ada sungai yang mengalir deras. Sangat tepat untuk posisi kecelakaan.


Nicky langsung meluncur ke TKP, mereka melihat cctv hasil rekaman tadi pagi. Rupanya ada seseorang yang menghantam punggung Daren hingga tak sadarkan diri. Dan orang itu membawa Daren pergi, lagi-lagi orang itu memakai penutup kepala dan wajah. Tapi dari posturnya, Nicky seperti mengenalinya. Dia adalah orang yang sama yang hampir membunuhnya di jalannya tempo hari. Tapi kenapa sekarang dia mengincar Daren? Siapa senenarnya orang itu, dan apa tujuannya?


"Apa anda tahu orang itu pak?" tanya salah seorang polisi.


Nicky menggeleng pelan, "tidak, tapi....sepertinya dia masih orang yang sama yang menyerang kakek dan saya!" jawabnya.

"Kenapa semua orang menjadi incarannya?" tanya Andre.

"Dia mengincar orang tertentu!"

"Mereka pasti tahu kalau Daren adalah seorang jenius di bidang teknologi. Ini keterlaluan!" maki Andre.


*****


Burhan mengamati sekitarnya, sepertinya sudah aman. Tak ada orang yang akan melihat, ia merusak rem mobilnya terlebih dahulu sebelum mendorong mobil itu masuk ke dalam jurang. Mobilnya meluncur dengan cepat ke bawah hingga menabrak sebuah pohon dan akhirnya terguling-guling. Saat itulah Daren sadar, ia sangat panik dan terkejut karena menggelinding bersama mobil yang nampaknya masih mobil yang sama. Pecahan kaca berserakan kesana-kemari, melukai kulitnya. Kepalanya juga terbentur berulang-ulang hingga darah mengalir deras. Mobil itu akhirnya berhenti di dasar jurang, begitu pun tubuh Daren yang juga ikut berhenti bergerak. Seluruh sendinya serasa mau lepas, ia bahkan sudah tak bisa merasakan tubuhnya sendiri.


Pandangannya jadi kabur, pecahan kaca mobil menusuk di beberapa bagian tubuhnya. Kepalanya juga serasa mau pecah. Ia mencoba bergerak, percikan api dari mesin mobil mulai terlihat beberapa kali. Dari atas Burhan bisa melihat asap yang keluar dari dalam mobil tapi ia masih menunggu, menunggu hasil yang jauh lebih baik.


Daren mencoba mendorong pintu mobil yang masih terkunci dengan kakinya, berharap bisa keluar sebelum mobilnya terbakar. Ia juga mendorong pintu mobil dengan tangannya yang sudah lemah.


Tuhan, selamatkan aku!


Ia terus berdo'a agar masih bisa melihat hari. Ia tak mau mati terbakar di dalam mobil. Pintunya tak mau terbuka, ia mulai putus asa. Kaca mobilnya kan sudah pecah, kenapa tak menerobos saja? Daren mencoba menerobos keluar dari ruang bekas kaca mobilnya, ia berhasil mengeluarkan kepalanya dan menaruhnya di rerumputan. Ia menengok ke bagian depan mobil yang sudah rusak parah, percikan api jelas terlihat. Ia harus bergegas keluar dari sana, tapi bagaimana? Tenaganya rasanya sudah habis. Tak ada waktu lagi.


Burhan masih di atas, ia mulai melihat api terpercik dari mobil dan akhirnya terdengar suara ledakam hebat dari bawah sana. Api membubung tinggi ke udara, menyala merah membakar badan mobil. Burhan tersenyum puas lalu ia mencopot sarung tangannya dan mengantonginya. Lalu pergi sambil menyulut sebatang rokok lagi.


Suara ledakan mobil mengundang perhatian warga yang pemukimannya tak jauh dari sana. Mereka yang sedang berada di luar rumah bisa melihat asap hitam yang mengepul di udara.


"Wah, ada apa itu?"

"Saya tidak tahu, seperti ada ledakan!" jawab bapak-bapak.

"Ayo kita ke sana!" ajak yang lain.


Beberapa orang berlari ke arah sungai, penasaran dengan apa yang terjadi. Di daerah itu memang sering terjadi kecelakaan, apalagi kalau musim hujan karena jalanannya cukup licin dan jalan rayanya juga tidak rata.

Apakah Daren berhasil keluar atau ikut meledak di dalam mobil? Dan siapa itu Bobby Hendarta? Ikuti chapter selanjutnya ya..... Akan tayang Besok,

*********


Triolgi

Sayap-sayap Patah sang Bidadari ~ Inheritance (first novel)


Tayang tiga kali seminggu,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun