Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sayap - sayap Patah sang Bidadari ~ Inheritance #Part 25

6 November 2014   23:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:26 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Tunggu, jangan lari. Awas kau....!" ancamnya.
"Memangnya apa yang akan kau lakukan, Memukulku?" goda Liana tanpa menoleh.
"Lihat saja nanti!" balas Nicky yang terus mengejar semakin cepat di sela bunga-bunga. Ada tawa yang keluar dari mulut Liana, menambah keceriaan saat itu.

Mereka masih kejar-kejaran, seperti kupu-kupu yang juga bermain tak jauh dari mereka. Tiba-tiba kaki Liana terpeleset dai tanah basah bekas siraman air saat menyiram bunga tadi. Ia hampir jatuh kalau saja Nicky tak mempercepat langkahnya dan menangkap tubuhnya dari belakang. Pandangan mereka kembali bertemu, lebih lembut, lebih mesra.

Desiran angin bernyanyi, gesekan dedauan, bunga-bunga menjadi lagu yang indah dan romantis yang mengiringi debaran yang muncul di hati keduanya. Perlahan Nicky membantu Liana berdiri ke atas kakinya. Diam untuk beberapa saat, suasananya sangat menyenangkan. Akan lebih menyenangkan lagi jika di habiskan untuk melakukan sesuatu.

"Mau berdansa?" tawar Nicky.
"Ha!" seketika Liana memandangnya.

Aneh kenapa Nicky mengajaknya berdansa? Tidak ada musik dan mereka sedang di taman bukan di ruang dansa atau pun pesta.

Liana sedikit tertawa, "Jangan bercanda?" desisnya.
"Anginnya bernyanyi, begitupun bunga-bunga. Semua kupu-kupu.....juga sedang berdansa di atas mahkota yang indah. Apa yang kurang?" desis Nicky.

Liana menatapnya dalam, sore ini Nicky begitu berbeda. Dia jadi sangat hangat dan menyenangkan. Pelahan Nicky mendekat, menaruh tangan kanannya di pinggang Liana. Tangan kirinya meraih jemari Liana, menyatukannya dengan miliknya. Gadis itu hanya diam, mengikuti gerakan yang mulai Nicky ciptakan. Perlahan tangan kirinya naik dan jatuh di pundak kanan Nicky. Mereka bergerak seirama.

Nicky benar, dedaunan mengalun. Begitupun desiran angin, kupu-kupu menari. Bunga-bunga bernanyi, lalu apa yang kurang?

*****

Jaya mencari di sekitar rumah, bahkan sampai ke ruang kerja Nicky. Tapi tak jua menemukannya, ia juga tak melihat Nicky di sekitar rumah, padahal mobilnya ada di garasi. Jaya melihat Daren yang sepertinya baru selesai menelpon seseorang. Ia berjalan ke arah dapur,

"Maaf, tn. Harlys!" sapa Jaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun