Liana masih diam mendengarkan, ia melihat mata pria itu mulai basah. Tapi dia tak menangis,
"Hari ini aku melihatmu....., di sini. Aku seperti sedang melihat nenek, aku tidak tahu.....kau muncul tiba-tiba dalam kehidupan kami. Semua yang kau lakukan......menyerupai perbuatan nenek. Ku rasa....itu sebabnya kakek tak mau kehilanganmu!"
"Aku tak pernah melihatnya tertawa seperti dulu, dan kau....membuatnya tertawa!"
Mereka kembali diam.
"Terkadang.....aku bertanya sendiri. Siapa kau sebenarnya?" Nicky mengatakan itu sambil monoleh gadis di sampingnya.
Liana tak mampu menjawab. Nicky bertanya siapa dirinya, ia sendiri tidak tahu siapa dirinya yang sebenarnya.
"Siapa kau?" desis Nicky kembali.
"Aku tidak tahu," jawab Liana.
Mereka masih saling memandang.
"Sampai detik ini, aku bahkan tak tahu siapa diriku. Dan rasanya......aku tidak mau tahu, semakin aku ingin tahu.....kepalaku rasanya mau pecah." Liana mengalihkan pandangannya. "aku sudah tak ingin tahu lagi, itu saja!"
Nicky menghela nafas.
"Jujur.....,aku senang melihat kakek tertawa lagi. Rumah ini tidak sepi lagi!" serunya dengan senyum yang mengeluarkan suara kecil seperti sebuah tawa.
"Aku tak pernah mendengarmu tertawa," sahut Liana.