Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sayap - sayap Patah sang Bidadari ~ Inheritance #Part 25

6 November 2014   23:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:26 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Keduanya duduk di kursi panjang yang tersedia di pinggir taman, masih diam. Hening, semilir angin berhembus sayu. Matahari tidak terlalu terik, sudah mulai condong ke barat. Rambut panjang Liana yang tergerai menari-nari terbawa sang bayu. Nicky melirik, wajah gadis itu yang tirus sekilas mirip sekali dengan boneka barbie, tapi kebanyakan barbie berkulit putih bukan coklat. Liana juga melirik, ia menyadari tatapan pria di sampingnya itu.

"Kau bilang ingin bicara, katakanlah. Jika hanya melirikku seperti itu mana aku tahu kau mau bilang apa?" dengus Liana.
"E......, aku.....aku....!"

Damn! Kenapa dengan lidahku?

Liana sedikit memutar tubuhnya, menatapnya.

"Kau kenapa?"

Nicky menoleh. Membalas tatapan itu, banyak yang ingin ia lontarkan. Tapi mulutnya malah terasa kaku sekali, banyak yang ingin ia bicarakan. Tapi entah kenapa sekarang ia malah merasa kehabisan kata-kata. Perasaan seperti itu....tak pernah ia kenal sebelumnya. Sekian banyak gadis yang bersamanya tak satupun yang mampu membuatnya terbungkam saat berdekatan.

Lama mereka berpandangan dan sepertinya tatapan itu sudah mewakili semua kata-kata yang tak mampu terucap. Tapi sesungguhnya, Liana ingin mendengar Nicky mengucap sesuatu. Sesuatu yang lebih lembut, sesuatu yang bisa membuatnya merasa nyaman setiap kali mereka berdua.

Nicky mengalihkan pandangannya, menatap bunga-bunga yang bermekaran indah. Kupu-kupu yang melayang-layang di atasnya.

"Taman ini....!" desisnya mulai mengeluarkan suara. Liana bersiap mendengarkan.
"Taman ini dulu kakek buat untuk nenek, beliau sangat suka merawat bunga. Menghabiskan sore di antara mereka selagi kakek berada di kantor. Dulu....., saat aku masih kecil. Aku sering ikut bermain bersamanya, menangkapi kupu-kupu dan kumbang!" suara Nicky terdengar syahdu, ia bercerita dengan hati. Dari ekspresi wajahnya, Liana tahu pria itu sedang membayangkan neneknya yang bermain bersamanya bertahun yang lalu.

Seulas senyum kecil terpajang di wajahnya. Membuatnya terlihat sangat tampan.

"Tapi pada akhirnya.....aku pasti akan merusak pohon bunganya. Tapi dia tak pernah marah padaku, sejak nenek pergi.....taman ini hanya di urus oleh tukang kebun. Tapi kakek meminta agar taman ini jangan sampai mati, karena tempat ini.....adalah tempat favorit nenek untuk menghabiskan waktu luang!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun