"Kakek ini bicara apa, aku kan tidak mungkin menikah dengan kakek!"
"Memangnya kenapa, karena kakek sudah renta?" gurau William,
"Kakek kan sangat mencintai almarhumah nenek, aku tidak mau menjadi orang ketiga!" balasnya. "lagipula.....!" Liana terdiam sambil menunduk.
"Lagipula apa?"
"Aku.....,"
"Kau lebih mencintai cucuku?"
Liana tersipu malu, William tersenyum bahagia.
"Kakek senang mengetahuinya!"
"Tapi.....,"
"Ada apa lagi?"
Ada keheningan sejenak.
"Kakek harus janji tidak akan mengatakan pada siapapun!"
"Apa itu?"
"Ehm....., Rey juga menyatakan perasaannya padaku!"
"Lalu?"
Nicky mengernyit di luar pintu.
Rey!
Ia menengok sekali lagi ke dalam lalu melangkah pergi.
William masih menunggu jawaban Liana.
"Aku sudah menolaknya, tapi sepertinya dia belum bisa menerima itu!"
William masih diam. Menatapnya, ia tahu gadis itu masih akan mengatakan sesuatu. Matanya mulai sembab.
"Rey bilang....., jika dia tak bisa memilikiku maka tak seorang pun bisa. Kek, aku takut jika aku masih menolak dia akan melakukan sesuatu. Aku tahu ancamannya tidak main-main, aku tidak mau dia sampai melakukan hal yang nekat, seperti.....melukai Nicky mungkin!"
"Rey mengancammu?"
"Aku tahu seharusnya aku tak cerita ini pada kakek, tapi.....aku tidak tahu harus bagaimana sekarang!" airmata mulai mengaliri pipinya.
William terdiam, nampak sedang berfikir.
"Hari ini...., aku harus memberinya jawaban pasti. Kek, aku mencintai Nicky tapi.....jika aku tetap menolak Rey......!"
"Liana, mungkin Rey hanya sedang emosi. Dia pernah di khianati oleh wanita yang sangat di cintainya, dan itu mungkin masih menyisakan trauma!"
"Dia bilang akan menghancurkan apapun yang tak bisa ia miliki!" desis Liana.
"Liana!"
"Aku mulai khawatir kek!"
"Nanti biar kakek yang bicara padanya!"
"Jangan kek, nanti dia malah bisa salah paham dengan kakek!"
"Tapi Liana.....,"
"Aku akan memikirkan caranya, untuk mengulur waktu.....semoga saja.....dia mau mengerti!"
"Tadi kau bilang.....,"
"Aku tahu. Saat ini aku memang masih tak tahu harus bagaimana, tapi nanti....Tuhan pasti akan memberikan jalannya!"
Liana terdiam, ia jadi berfikir. Harusnya ia tak menceritakan semua itu pada kakek Willy. Hal itu pasti akan menambah beban pikirannya.