"Kau sudah tahu siapa aku kan?" desisnya.
Airin mengangguk saja.
"Aku senang karena hal itu tidak mengganggu pekerjaanmu. Tapi satu yang tidak aku suka, kau tak pernah tersenyum!"
Airin menatapnya lebih dalam.
"Jika kau ada waktu di jam istirahat nanti. Maukah makan siang denganku, ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu. Sangat penting!"
Airin berfikir sejenak, ia mulai curiga bahwa yang ingin di bicarakan bosnya adalah tentang Randi! Tapi ia mengangguk dan menyanggupi.
"Iya!"
"Bagus, sekarang kau bisa kembali ke mejamu!"
*****
Kini mereka sudah duduk berdua di sebuah restoran. Suasana masih cukup dingin.
"Kau pasti sudah bisa menebak apa yang akan aku bicarakan, itu benar. Ini....tentang temanku!" seru Arjuna, "Sejujurnya aku kecewa dengan keputusan kalian untuk berpisah, maaf jika aku ikut campur. Aku memang baru mengenal Dimas saat dia masuk ke fakultas yang sama denganku, tapi aku dua semester di atasnya. Tapi ajaibnya kami cukup dekat sebagai senior dan junior. Kami bahkan pada akhirnya dapat menyeselaikan skripsi bersama. Dia cukup jenius hingga bisa menyandang Cume Laude hanya dalam waktu tiga tahun!"