"Kalau pun aku resign, aku tidak yakin bu Rani akan mengijinkanku. Dia bahkan sudah menyiapkan banyak pekerjaan yang membuatku akan sangat sibuk ke depan!"
*****
Airin beranjak lebih dulu, ia termangu selama perjalanan pulang. Karena dekat ia berjalan kaki saja, Randi masih diam di tempat semula. Perpisahan ini memang menyakitkan, bukan akhir seperti ini yang ia inginkan. Kehilangan gadis yang di cintainya lagi, benar-benar kehilangan. Tujuh tahun berpisah saja sudah seperti tujuh kehidupan menahan rindu. Bagaimana kalau sekarang harus berpisah seterusnya, rasanya jiwanya seperti mati. Tapi jika ia membiarkan dirinya mati dan sampai terdengar Airin, pasti gadis itu akan kembali merasa sebagai penyebabnya. Menyisakan rasa bersalah yang besar.
*****
Esoknya, Airin tak melihat Randi masuk kantor. Justru bu Rani memperkenalkan Direktur Marketing yang baru dengan nama Arjuna Arga Wijaya. Beberapa orang memang bingung karena Direktur Marketing yang baru memiliki nama depan yang sama dengan nama sebelumnya.
Saat makan siang....
"Memangnya Juna kemana Rin?" tanya Vida.
"Maksudmu bosku, dia ada kan!"
"Bukan Arjuna yang sekarang, kau tahu kan maksudku?"
"Entahlah, ku rasa dia resign!"
Vida memandang sahabatnya dengan tatapan selidik.