Dia melepas jaketnya dan disampirkannya menutupi tubuhku. Aku masih tak bisa berkata-kata. Aku hanya bisa berpikir betapa bersyukurnya aku karena dia disini.
"Mundur atau akan kubunuh dia."
Aku terkesiap ketika merasakan sesuatu yang dingin dan tajam di leherku. Chungdae tampak ketakutan dan mundur.
"Cepat mundur dan berlutut! Kalau kau berani macam-macam, kubunuh Choeun!"
"Baik... JANGAN LUKAI DIA!"
Leherku terasa perih saat pisau itu mengiris kulitku. Chungdae mengangkat tangannya dan berlutut menghadapku.
"Bagus. Sekarang berbalik, berlututlah ke arah sebaliknya!"
"Tidak... Chungdae, jangan..."
Kudengar Hasu tertawa sinis ketika Chungdae menuruti apa saja yang dikatakannya. Tanganku masih terikat dengan kencang di kursi dan aku memberontak semakin keras.
"Kalau aku tak bisa mendapatkanmu, Choeun... tak seorangpun boleh mendapatkanmu...":
Semuanya terjadi begitu cepat seperti dalam mimpi ketika Hasu melesat menuju punggung Chungdae dan menusuknya tepat di punggungnya.