Aku menepuk bahunya, "Siwonnie, tolong. Aku mau ke bandara. Xili menungguku."
        "Aku tau, kau tenang saja Hae. Ini kan gunanya mobilku dilengkapi mesin turbo dan NOS?" tanyanya sambil tersenyum.
        "Gyaaaaah oppa!!!" seru Meifen, kaget dengan kecepatan mobil.
        Aku hanya berdoa tak terjadi sesuatu pada kami dengan naik mobil secepat ini. Jam setengah dua tepat, kami sampai di bandara. Aku langsung turun dari mobil dan berlarian memasuki bandara, tapi saat itu aku berpapasan dengan Kibummie. Dia menghalangi langkahku.
        "Telat hyung, sudah panggilan terakhir. Xili sudah di dalam pesawat, dan hyung tak bisa masuk lagi," ujarnya, membuatku kaget setengah mati.
        Aku mengerutkan dahiku, "tapi masih setengah jam, aku masih bisa masuk..."
        "Tak bisa. Disana juga banyak yang terlambat, mereka tak bisa masuk lagi. Dan Xili marah. Dia menangis tadi, hyung, dia tak ingin melihatmu lagi."
        "Tapi... tapi aku..."
        "Ini bukan waktu yang tepat hyung, percayalah. Dia sangat sangat marah."
        Aku merasa tubuhku lemas. Aku... terlambat? Aku mengeluarkan ponsel dan akan menghubunginya, tapi Kibummie menyerahkan sebuah ponsel ke tanganku. Ponsel yang sangat kukenal. Samsung berwarna hijau.
        "Dia tidak mau membawa ponselnya. Dia tak mau hyung menghubunginya. Hyung pegang saja ponsel ini, berikan pada Yifang."