Istilah "stroke" digunakan untuk menggambarkan perubahan neurologis yang terjadi karena gangguan aliran darah di otak yang terjadi secara tiba-tiba dan membutuhkan pengobatan yang cepat dan tepat. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke merupakan penyebab kematian paling umum. Di mana penderita akan kehilangan penglihatan, bicara, kelumpuhan, dan kebingungan. Di seluruh dunia, 15 juta orang setiap tahun menderita stroke; 5 juta dari mereka meninggal dunia, dan 5 juta lainnya mengalami cacat permanen, yang membebani keluarga dan masyarakat. Sebagian besar stroke terjadi pada orang di bawah 40 tahun. Tekanan darah tinggi adalah penyebab utamanya. Namun, anak-anak yang menderita penyakit sel sabit juga dapat mengalami stroke. Menurut data Survei Kesehatan Indonesia pada tahun 2023, prevalensi stroke di Indonesia mencapai 8,3 per 1.000 penduduk. Stroke juga salah satu penyakit katastropik dengan pembiayaan tertinggi ketiga setelah penyakit jantung dan kanker, yaitu mencapai Rp5,2 triliun pada tahun 2023.
Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) dr. Yudhi Pramono mengatakan 90% penyakit stroke dapat dicegah melalui pengendalian faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dislipidemia, gangguan jantung, kurangnya aktivitas fisik, diet atau pola makan yang tidak sehat, stres, serta mengkonsumsi alkohol. Di antara faktor risiko utama stroke adalah hipertensi, diabetes, obesitas, pola makan yang tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik. Gaya hidup yang tidak efektif adalah salah satu faktor risiko stroke yang paling dapat dicegah, karena aktivitas fisik sangat penting untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan, termasuk menurunkan risiko stroke.
Pada peringatan Hari Stroke Sedunia, Kemenkes melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mengadakan media briefing dengan tema nasional "Ayo Melangkah Kalahkan Stroke Mulai dari Diri Sendiri" yang dilaksanakan pada Jumat (25/10/2024). Peringatan Hari Stroke juga menjadi momentum untuk mengampanyekan pentingnya aktivitas fisik sebagai langkah pencegahan risiko stroke kepada masyarakat.
Perwakilan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO) dr. Elina Widiastuti menjelaskan, aktivitas fisik memiliki banyak manfaat, di antaranya meningkatkan fungsi jantung, pembuluh darah, dan pernapasan, menurunkan risiko kardiovaskular, serta menurunkan morbiditas dan mortalitas.
"Salah satu penyebab dari stroke ada faktor stress dan ternyata latihan fisik atau berolahraga dengan rutin itu ternyata dapat menurunkan kecemasan dan depresi. Selain itu, juga dapat meningkatkan fungsi kognitif, meningkatkan performa kerja, dan pada orang tua sangat penting sekali untuk menurunkan risiko jatuh dan cedera, dan juga merupakan terapi efektif pada beberapa penyakit kronis terutama pada pasien lanjut usia," kata dr. Elina yang juga merupakan narasumber pada kegiatan media briefing tersebut.
Dr. Dodik Tugasworo selaku perwakilan dari Perhimpunan Dokter Neurologi Seluruh Indonesia (Perdosni) menyampaikan, stroke bukan lagi penyakit yang hanya menyerang usia lanjut, tetapi juga mulai menyerang usia produktif. Ketika seseorang mengalami stroke, ia akan lebih rentan terhadap penyakit lainnya, seperti hipertensi yang dianggap sebagai cikal bakal stroke, penyakit jantung karena berhubungan dengan darah, dan diabetes yang dapat mempengaruhi hormon insulin yang digunakan untuk mengontrol gula darah.
Tanda dan gejala stroke yang dikenal dengan slogan SeGeRa Ke RS: Senyum tidak simetris, Gerak tubuh melemah secara tiba-tiba, Bicara pelo, Kebas atau kesemutan pada separuh tubuh, Rabun pada salah satu mata, serta Sakit kepala hebat atau sakit kepala berputar yang muncul tiba-tiba.
Pencegahan stroke dapat dilakukan dengan menerapkan 3O + 1D dan CERDIK. Pencegahan 3O + 1D meliputi Olahraga, Olah seni, Olah jiwa, dan Diet. Sementara itu, CERDIK adalah Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres.
Kesimpulan :
Stroke merupakan gangguan aliran darah di otak yang menjadi penyebab kematian dan kecacatan utama di dunia. Prevalensi stroke di Indonesia terus meningkat, bersama dengan biaya perawatan yang tinggi. Dengan meningkatkan kesehatan jantung, pembuluh darah, dan sistem pernapasan, aktivitas fisik dapat membantu mencegah stroke. Olahraga juga meningkatkan fungsi kognitif dan kinerja kerja, serta mengurangi kecemasan dan depresi. Aktivitas fisik dapat membantu mengobati penyakit kronis dan menurunkan risiko jatuh pada orang tua. Program 3O + 1D (olahraga, seni, olah jiwa, dan diet) dan CERDIK (pemeriksaan kesehatan rutin, penghapusan rokok, aktivitas fisik yang rajin, diet sehat) disarankan untuk mencegah penyakit.
Daftar Pustaka :
Kemkes (2024). Cegah Stroke dengan Aktivitas Fisik. Diakses dari Kemenkes.
(https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20241025/4046682/cegah-stroke-dengan-aktivitas-fisik/)
Kompas (2024). Ini 3 Jenis Aktivitas Fisik untuk Mencegah Stroke. Diakses dari Kompas.
(https://health.kompas.com/read/24J27061800068/ini-3-jenis-aktivitas-fisik-untuk-mencegah-stroke)
Dinas Kesehatan Pemerintah Aceh (2024). Cegah Stroke dengan Aktivitas Fisik. DIakses dari Dinas Kesehatan Pemerintah Aceh.
(https://dinkes.acehprov.go.id/detailpost/cegah-stroke-dengan-aktivitas-fisik)
Rafiudin, M. A., Utami, I. T., & Fitri, N. L. (2024). Penerapan Range Of Motion (ROM) Aktif Cylindrical Grip Terhadap Kekuatan Otot Pasien Stroke Non Hemoragik. Jurnal Cendikia Muda, 4(3), 416-425.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H