Mohon tunggu...
Niken A Fauzi
Niken A Fauzi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

do write when don't know how to speak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Rokok dan Kemiskinan

20 Desember 2021   22:00 Diperbarui: 20 Desember 2021   23:04 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo by Tribunpalu.com

Selamat atas kenaikan cukai rokok untuk kesekian kalinya.kabar tersebut mencuat belum lama setelah pemerintah mengumumkan kenaikan cukai tembakau dilansir melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mengungkapkan alasannya seperti menambah pemasukan negara.

meskipun kenaikannya dinilai tidak akan merugikan petani maupun buruh rokok, hal sebaliknya justru menyulitkan pihak konsumen rokok khususnya pekerja kelas bawah. mereka mulai ketar ketir akan mahalnya tarif rokok yang bakal ditentukan dikemudian hari.

ditemui sabtu siang,beberapa pekerja kasar dipinggir jalan kota mengeluhkan nasibnya akan kenaikan tarif rokok. "buat makan sama kirim buat istri ya itu pas pas an.ya berharapnya sih jangan naik lah" terang salah seorang pekerja bernama sulaman. upahnya sebagai buruh kasar yang tidak pasti sangat dirasa memberatkan jika hanya untuk membeli sebungkus rokok setiap hari.

potret pria berumur tiga puluhan yang mengadu nasib sebagai buruh tidak tetap pembersih jalan di kabupaten yang menghabiskan hari harinya menghisap rokok satu hingga dua bungkus perhari. dirinya mengakui jika kebiasaannya merokok yang sulit diatasi sangat menjadi beban disamping kebutuhan hidupnya yang harus dicukupi.kebutuhan pokok yang dirasa semakin mahal terlebih mobilitas sosial-ekonomi demi menjaga kelangsungan hidup ketiga anak dan istrinya.

"kadang kepikir buat berhenti,selalu kepikir dari dulu tapi gimana ya susah mbak.kan buat beli rokok tiap minggu aja dah bisa buat beliin beras rumah sembilan kiloan lebih" lanjutnya,

dirinya pun tak menepis untuk berhenti merokok jika kedepan tarif rokok melejit.gajinya yang tidak sampai menyentuh satu digit per bulan dirasa sulit untuk sekedar memenuhi hasratnya menghisap rokok.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun