Mohon tunggu...
Christianto Wibisono
Christianto Wibisono Mohon Tunggu... -

Redaktur politik Harian Kami 1966-1970 Pendiri dan direktur TEMPO 1970-1974 Pendiri Pusat Data Business Indonesia 1980-2000 Pendiri Institute Kepresidenan Indonesia 2012

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bung Karno, 59 tahun Dekrit Presiden 5 Juli, Nasi Goreng Gila HI Kempinski dari Rp1500 ke Rp130k

5 Juli 2018   12:32 Diperbarui: 5 Juli 2018   12:50 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengamat politik dan sosial Christianto Wibisono bersama Pemred INDONEWS Asri Hadi

Jadi ini kampanya anti koruptor dan juga terpidana lain seperti kriminal membunuh oran gdst dsb tentu harus jalan terus. Kalau tidak ya percuma saja kampanya tentang Revolusi Mental. Sebab itu harus dipraktekkan dengan kinerja delivery dan bukan dengan indoktrinasi atau penataran model Kader Nasakom atau Manggala P 7 zaman Orla dan Orba. 

Zaman Reformasi, butuh praktik, contoh soal dan itu yang diberikan oleh Presiden. Sayangnya itu tidak dilakukan secara simultan, massif dan terstruktur. Seluruh birokrati terutma justru diujung tombak,  resepsionis di ujung kantor yang melayani admin awam dan masayrakat itu harus bermental steward danbukan pemburu rentu.Kalau itu terjadi niscaya Indonesia tidak perlu malah ketinggalan dari RRT yang baru membangun 1979 sejak Deng Xiao Ping kembali ke teori pasar karena gagal Marxisme 30 tahun. Sedang Soeharto sibuk membangun sejak 1967 hanya menemukan dirinya terpuruk 1998.

CW: Wah kelihatan gampang tapi sulit menerapkan wejangan itu pak.

BK: Ya kalau menurut saya jer basuki mawa bea tetap berlaku kapan saja dimana saja dan rezim apa saja. Anda harus produktif, kreatif, proaktif dan berinisiatif dan menghasilkan yang tangible infra struktur maupun yang intangible, rezim dan sistem pelayanan masyarakat yang memberdayakan masyarakat.  Saya dari atas sini hanya bisa "berdoa" dan mengharapkan Indonesia tidak perlujalan ditempat gonta ganti rezim dan sistim kiri kanan, proklamator sipil, jendral militer, tapi kinerjanya akhirnya memble semua rupiahnya bangkrut. 

Sebab kata kuncinya adalah delivery, produksi, ekspor surplus. Kalau mau sulap sihir dan "mujizat" tidak mungkin bisa terjadi sebab Tuhan tidak akan memberkati orang yang korupsi dan menindas HAM rakyatnya sendiri dengan pelbagai alasan konyol dan berapi api seperti elite yang gonta ganti posisi. UUD digonta ganti, sistem pemilu digonta ganti semua tujuannya untuk melanggengkan kekuasaan agar orang lain susah . Seperti judisial review tentang presidential threshold kan semuanya berbasis agenda subyektif oposisi terhadap incumbent. 

Tapi percayalah Tuhan tentu lebih cerdas dari elite BKM Dekrit sudah 59 tahun kok masih  mau diotak atik lagi., Ayo kita makan nasi goreng HI yang dulu Cuma Rp. 1.500 sudah paling mahal se Indonesia di tahun 1962. Sekarang lebih baik tidak membaca nolnya saya malu kenapa 7 presiden semua keok sama kurs.

CW:Terima kasih atas lunch nasi goreng HI.   . 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun