Mohon tunggu...
Idrus Fhadli
Idrus Fhadli Mohon Tunggu... -

Just a stupid man who loves simplicity instead of complexity.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ubuntu 10.04 Lucid Lynx; Pandangan Pertama

23 Mei 2010   03:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:02 1346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Well, ini tulisan pertama untuk bulan ini. Semenjak keluar dari rumah sakit beberapa minggu yang lalu karena terserang demam berdarah, semangat saya untuk menumpahkan apa yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk tulisan menjadi sedikit menurun. Dan semoga dengan tulisan ini, semangat menulis itu kembali muncul. Yup, enough for the intermezzo, now let’s start our topic Sistem operasi teranyar besutan Canonical yang dirilis pada 29 April lalu, Ubuntu 10.04 Lucid Lynx, menyuguhkan beragam peningkatan fitur dan kemudahan bagi penggunanya. Dilabeli “Long Term Support” atau yang biasa disingkat LTS, Canonical menjanjikan dukungan update selama tiga tahun untuk versi desktop dan lima tahun untuk versi server, berbeda dengan versi selain LTS, yang hanya mendapatkan dukungan update selama 18 bulan. Adapun saya sendiri, versi terakhir yang saya gunakan adalah Ubuntu 8.04 Hardy Heron LTS, yang dirilis pada April 2008 lalu. Ya, saya sempat melewatkan tiga rilis setelahnya; 8.10 Intrepid Ibex, 9.04 Jaunty Jackalope, dan 9.10 Karmic Koala. Sehingga tidak aneh ketika pertama berhadapan dengan Lucid Lynx ini, saya cukup terpana dengan perkembangan yang ada. Dibekingi kernel versi 2.6.32-21 (2.6.32-22, update terakhir ketika artikel ini ditulis), ranah interaksi tatap muka GNOME Desktop versi 2.30.0, Plymouth yang menggantikan Usplash membuat proses boot dan shutdown menjadi lebih cepat, tema desktop yang lebih eye catching dan bernuansa elegan meskipun warna yang digunakan cenderung gelap, dukungan dan integrasi terhadap social network, serta dukungan beragam perangkat lunak dengan versi teranyar, membuat Lucid Lynx menjadi sistem operasi yang powerful dan dengan segera membuat saya jatuh hati Namun, saya sedikit kaget ketika selesai menginstal Lucid Lynx untuk pertama kalinya di laptop Acer Aspire 2920, saya tidak menemukan GIMP, padahal ketika itu saya membutuhkannya untuk mengutak-atik foto diri saya yang akan dimasukkan ke dalam curriculum vitae yang baru saya edit. Setelah berselancar di lautan informasi dengan berpanduan arah dari Mbah Google, saya menemukan beberapa artikel yang menjelaskan alasan dihapuskannya GIMP dari paket instalasi standar Lucid Lynx, yakni; GIMP dianggap sebagai tool untuk pengguna tingkat menengah, dan tidak semua pengguna menggunakannya. Hmpf, tidak semua bukan berarti tidak ada sama sekali, bukan? Beruntunglah DVD-DVD repository yang saya pesan dari Juragan Kambing telah duduk manis di meja kamar saya, proses instalasi GIMP pun dapat berjalan segera tanpa harus terkoneksi ke dunia maya. Lucid Lynx Rasa Mac Karena beberapa bulan belakangan saya menggunakan Hackintosh Leopard 10.5.2, maka kebiasaan-kebiasaan selama beberapa bulan tersebut pun saya coba terapkan di Lucid Lynx. Dan beruntunglah, di repository-nya telah tersedia aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan, ditambah lagi dukungan dari tema default; Ambience, yang telah mengadopsi mac like control bar (tombol kontrol Close, Minimize, dan Maximize pada tiap jendela) dengan meletakkannya di sebelah kiri, sehingga tidak diperlukan lagi cara manual dengan mengedit entri tersebut pada gconf-editor

Untuk menghias desktop Lucid Lynx menjadi mirip seperti Mac, saya hanya tinggal menambahkan aplikasi-aplikasi semisal Cairo Dock, CompizConfig Settings Manager, Simple CompizConfig Settings Manager, dan Screenlets. Kemudian menyesuaikan pengaturan pada masing-masing aplikasi sesuai dengan pengaturan pada Mac. Untuk mendapatkan fungsi Dashboard misalnya, pada CompizConfig Settings Manager cukup berikan tanda centang pada opsi ‘Widget Layer’. Kemudian atur beberapa widget pada Screenlets untuk di ‘Treat as Widget’. That’s all. Dan ketika tombol F9 (dapat juga diganti menjadi F12) pada keyboard ditekan, maka akan tampil layer widget laiknya Dashboard pada Mac. Begitu pula untuk menerapkan ‘Spaces’ di Lucid Lynx, pada CompizConfig Settings Manager, cukup aktifkan plugin ‘Expo’. Dan untuk mendapatkan efek ‘Expose’, cukup aktifkan plugin ‘Scale’. Kemudian untuk menerapkan ‘Expose Show Desktop’, berilah tanda centang pada ‘Show desktop’. Untuk keyboard shortcutnya, bisa disesuaikan pada pengaturan plugin Compiz yang bersangkutan.

Beralih ke Dock, saya lebih menyukai Cairo Dock daripada Avant Window Navigator (AWN), Docky, SimDock, dsb, dengan alasan konfigurasi dan kemampuan yang ditawarkan oleh Cairo Dock lebih beragam dan lebih banyak. Ditambah lagi dengan dukungan plugin yang dapat meningkatkan kemampuannya. Beberapa Aplikasi Must Have Dengan aplikasi standar bawaan instalasi, sebenarnya telah memampukan pengguna untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan standar, misal; membuat dokumen, dsb. Namun, bila menginginkan kemampuan lebih, tentulah dibutuhkan koneksi ke internet guna mendownload paket-paket yang ingin dipasang ke komputer, atau bisa juga menggunakan DVD repository yang bisa didapatkan dari beberapa penjualnya di jagad maya, misalnya di http://juragan.kambing.ui.ac.id. Bila memiliki koneksi internet yang memadai, menggunakan repository online pun pilihan yang sangat baik dikarenakan repository online selalu tersinkronisasi dengan server repository pusat Ubuntu, sehingga bila ada paket-paket versi terbaru, kita dapat segera meng-update-nya. Saya sendiri memilih server http://ubuntu.pesat.net.id/ sebagai server repository online pilihan sesuai saran berdasarkan benchmark yang dilakukan oleh Lucid Lynx. Oke, berikut beberapa aplikasi tambahan yang menurut saya penting untuk diinstal;
  • Ubuntu Restricted Extras; codec proprietary untuk memutar file-file mp3, avi, dsb. Disarankan untuk menginstalnya melalui Terminal dengan mengetikkan; sudo apt-get install ubuntu-restricted-extras
  • Audacity; editor audio open source
  • Adobe AIR
  • Adobe Reader
  • Cairo Dock
  • Banshee; pemutar audio favorit
  • GNOME Do; tool/launcher untuk mempermudah penggunaan sistem laiknya Spotlight ataupun QuickSilver di Mac
  • Wine; untuk menjalankan aplikasi Windows di Linux
  • Bluefish; editor PHP, HTML, CSS, dsb
  • VirtualBox; virtual machine, untuk menginstal sistem operasi lain secara virtual tanpa mempengaruhi sistem induk
  • Qwit; twitter client
  • FileZilla; FTP client
  • Multiget; download manager
  • AcetoneISO; untuk mounting dan konversi disc image
  • GNOME Mplayer dan/atau VLC; multimedia player
  • TuxGuitar; editor tablature laiknya GuitarPro, namun tanpa dukungan Realistic Sound Engine (RSE) laiknya di GuitarPro
  • XBMC; media center
  • Cheese; memfungsikan webcam untuk mengambil gambar/video
  • Istanbul dan/atau gtk-RecordMyDesktop; perekam desktop laiknya Camtasia Studio
  • HandBrake; media transcorder, untuk mengonversi file-file multimedia dari satu format ke format lain
  • Ubuntu Tweak; tool untuk tweaking dan kustomisasi Ubuntu
  • CompizConfig Settings Manager dan Simple CompizConfig Settings Manager; untuk kustomisasi Compiz Fusion
  • Pidgin; multi-client instant messaging
  • GIMP; editor gambar laiknya Photoshop
  • StarDict; kamus online/offline dengan dukungan beragam bahasa
  • Gufw; firewall dengan GUI yang user-friendly guna melindungi sistem dari serangan para penjahat dunia maya

Dan masih banyak lagi perangkat lunak pendukung lainnya yang dapat digunakan untuk tugas-tugas tertentu, misal; Blender, InkScape, Scribus, Gambas, Thunderbird, Skype, dsb. Sedikit Kekecewaan Dibalik semua kelebihan yang ditawarkan oleh Lucid Lynx ini, ternyata masih menyimpan sedikit hal yang membuat saya kecewa. Well, kekesalan mungkin tidak sepantasnya ditumpahkan kepada developer Ubuntu berserta komunitasnya, melainkan kepada vendor. Ya, vendor printer Canon Pixma iP1600. Printer lawas saya yang telah setia menemani beragam aktivitas cetak-mencetak selama beberapa tahun belakangan ini tidak dapat digunakan sama sekali. Driver Canon iP2200 yang dikonversi dari format paket RedHat Package Manager (RPM) ke paket DEB menggunakan alien, kini tidak dapat lagi digunakan. Pun begitu dengan Turboprint 1.96-4 yang saya dapatkan dari salah satu situs berbagi file, sama sekali tidak dapat diinstal dengan alasan dependency not satisfiable. Sedangkan Turboprint versi 2 ke atas, saya belum menemukan keyfile-nya, dan untuk membeli lisensi asli dengan biaya puluhan dollar per-tahun, sungguh bukan hal yang ringan bagi saya. Dan terpaksa untuk menge-print suatu dokumen, saya masih harus mengandalkan komputer rumah yang sengaja masih menggunakan sistem operasi Microsoft Windows. Canon oh Canon… kapankah kau akan memberikan dukungan kepada kami para pengguna Linux ini? Karena beberapa produkmu tidak dapat berjalan sempurna tanpa dukungan driver resmi darimu… ---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun