Well, ini tulisan pertama untuk bulan ini. Semenjak keluar dari rumah sakit beberapa minggu yang lalu karena terserang demam berdarah, semangat saya untuk menumpahkan apa yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk tulisan menjadi sedikit menurun. Dan semoga dengan tulisan ini, semangat menulis itu kembali muncul. Yup, enough for the intermezzo, now let’s start our topic Sistem operasi teranyar besutan Canonical yang dirilis pada 29 April lalu, Ubuntu 10.04 Lucid Lynx, menyuguhkan beragam peningkatan fitur dan kemudahan bagi penggunanya. Dilabeli “Long Term Support” atau yang biasa disingkat LTS, Canonical menjanjikan dukungan update selama tiga tahun untuk versi desktop dan lima tahun untuk versi server, berbeda dengan versi selain LTS, yang hanya mendapatkan dukungan update selama 18 bulan. Adapun saya sendiri, versi terakhir yang saya gunakan adalah Ubuntu 8.04 Hardy Heron LTS, yang dirilis pada April 2008 lalu. Ya, saya sempat melewatkan tiga rilis setelahnya; 8.10 Intrepid Ibex, 9.04 Jaunty Jackalope, dan 9.10 Karmic Koala. Sehingga tidak aneh ketika pertama berhadapan dengan Lucid Lynx ini, saya cukup terpana dengan perkembangan yang ada. Dibekingi kernel versi 2.6.32-21 (2.6.32-22, update terakhir ketika artikel ini ditulis), ranah interaksi tatap muka GNOME Desktop versi 2.30.0, Plymouth yang menggantikan Usplash membuat proses boot dan shutdown menjadi lebih cepat, tema desktop yang lebih eye catching dan bernuansa elegan meskipun warna yang digunakan cenderung gelap, dukungan dan integrasi terhadap social network, serta dukungan beragam perangkat lunak dengan versi teranyar, membuat Lucid Lynx menjadi sistem operasi yang powerful dan dengan segera membuat saya jatuh hati Namun, saya sedikit kaget ketika selesai menginstal Lucid Lynx untuk pertama kalinya di laptop Acer Aspire 2920, saya tidak menemukan GIMP, padahal ketika itu saya membutuhkannya untuk mengutak-atik foto diri saya yang akan dimasukkan ke dalam curriculum vitae yang baru saya edit. Setelah berselancar di lautan informasi dengan berpanduan arah dari Mbah Google, saya menemukan beberapa artikel yang menjelaskan alasan dihapuskannya GIMP dari paket instalasi standar Lucid Lynx, yakni; GIMP dianggap sebagai tool untuk pengguna tingkat menengah, dan tidak semua pengguna menggunakannya. Hmpf, tidak semua bukan berarti tidak ada sama sekali, bukan? Beruntunglah DVD-DVD repository yang saya pesan dari Juragan Kambing telah duduk manis di meja kamar saya, proses instalasi GIMP pun dapat berjalan segera tanpa harus terkoneksi ke dunia maya. Lucid Lynx Rasa Mac Karena beberapa bulan belakangan saya menggunakan Hackintosh Leopard 10.5.2, maka kebiasaan-kebiasaan selama beberapa bulan tersebut pun saya coba terapkan di Lucid Lynx. Dan beruntunglah, di repository-nya telah tersedia aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan, ditambah lagi dukungan dari tema default; Ambience, yang telah mengadopsi mac like control bar (tombol kontrol Close, Minimize, dan Maximize pada tiap jendela) dengan meletakkannya di sebelah kiri, sehingga tidak diperlukan lagi cara manual dengan mengedit entri tersebut pada gconf-editor
- Ubuntu Restricted Extras; codec proprietary untuk memutar file-file mp3, avi, dsb. Disarankan untuk menginstalnya melalui Terminal dengan mengetikkan; sudo apt-get install ubuntu-restricted-extras
- Audacity; editor audio open source
- Adobe AIR
- Adobe Reader
- Cairo Dock
- Banshee; pemutar audio favorit
- GNOME Do; tool/launcher untuk mempermudah penggunaan sistem laiknya Spotlight ataupun QuickSilver di Mac
- Wine; untuk menjalankan aplikasi Windows di Linux
- Bluefish; editor PHP, HTML, CSS, dsb
- VirtualBox; virtual machine, untuk menginstal sistem operasi lain secara virtual tanpa mempengaruhi sistem induk
- Qwit; twitter client
- FileZilla; FTP client
- Multiget; download manager
- AcetoneISO; untuk mounting dan konversi disc image
- GNOME Mplayer dan/atau VLC; multimedia player
- TuxGuitar; editor tablature laiknya GuitarPro, namun tanpa dukungan Realistic Sound Engine (RSE) laiknya di GuitarPro
- XBMC; media center
- Cheese; memfungsikan webcam untuk mengambil gambar/video
- Istanbul dan/atau gtk-RecordMyDesktop; perekam desktop laiknya Camtasia Studio
- HandBrake; media transcorder, untuk mengonversi file-file multimedia dari satu format ke format lain
- Ubuntu Tweak; tool untuk tweaking dan kustomisasi Ubuntu
- CompizConfig Settings Manager dan Simple CompizConfig Settings Manager; untuk kustomisasi Compiz Fusion
- Pidgin; multi-client instant messaging
- GIMP; editor gambar laiknya Photoshop
- StarDict; kamus online/offline dengan dukungan beragam bahasa
- Gufw; firewall dengan GUI yang user-friendly guna melindungi sistem dari serangan para penjahat dunia maya
Dan masih banyak lagi perangkat lunak pendukung lainnya yang dapat digunakan untuk tugas-tugas tertentu, misal; Blender, InkScape, Scribus, Gambas, Thunderbird, Skype, dsb. Sedikit Kekecewaan Dibalik semua kelebihan yang ditawarkan oleh Lucid Lynx ini, ternyata masih menyimpan sedikit hal yang membuat saya kecewa. Well, kekesalan mungkin tidak sepantasnya ditumpahkan kepada developer Ubuntu berserta komunitasnya, melainkan kepada vendor. Ya, vendor printer Canon Pixma iP1600. Printer lawas saya yang telah setia menemani beragam aktivitas cetak-mencetak selama beberapa tahun belakangan ini tidak dapat digunakan sama sekali. Driver Canon iP2200 yang dikonversi dari format paket RedHat Package Manager (RPM) ke paket DEB menggunakan alien, kini tidak dapat lagi digunakan. Pun begitu dengan Turboprint 1.96-4 yang saya dapatkan dari salah satu situs berbagi file, sama sekali tidak dapat diinstal dengan alasan dependency not satisfiable. Sedangkan Turboprint versi 2 ke atas, saya belum menemukan keyfile-nya, dan untuk membeli lisensi asli dengan biaya puluhan dollar per-tahun, sungguh bukan hal yang ringan bagi saya. Dan terpaksa untuk menge-print suatu dokumen, saya masih harus mengandalkan komputer rumah yang sengaja masih menggunakan sistem operasi Microsoft Windows. Canon oh Canon… kapankah kau akan memberikan dukungan kepada kami para pengguna Linux ini? Karena beberapa produkmu tidak dapat berjalan sempurna tanpa dukungan driver resmi darimu… ---
- Diterbitkan juga di blog saya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H