Iseng2 saya nanya ke teman saya Mas Agung, seorang MBA yg sekarang lebih suka mendalami ilmu kerohanian, sampai2 saya memanggilnya "si Mbah"
Saya tanya: Mbah, kok sekarang ini bencana banjir dan efek sampingnya seperti menggelontor seluruh wilayah Indonesia tercinta ini?
Dia jawab:
Pertama, karena memang musim hujan.
Kedua, karena antisipasinya kurang, lebih jelasnya, perhatian rakyat terhadap kondisi alam lingkungan hidupnya kurang baik. Mereka melulu menganggap urusan perbaikan kualitas lingkungan hidup adalah urusan pemerintah. Mungkin karena kebanyakan nonton berita TV yg selalu menyalahkan pemerintah kalo ada bencana. (Dulu di jaman Orba, mas Agung ini paling getol mengkritik pemerintah)
Ketiga, rakyat memang harus kembali pada Sang Maha Kuasa. Masalahnya, saat ini yg menjadi penguasa adalah media masa dengan berbagai motivasi menggelontor rakyat dengan berita2 negatif. Pokoknya kalo bisa bertentangan dengan kebijakan pemerintah dengan istilah "mengkritisi" itu berita Hebatâ„¢. Sebaliknya, prestasi pemerintah adalah bukan berita.
Distorsi ini seperti banjir yang terjadi di Bogor akibat tanggul yg jebol.
Dulu, jaman Orba, informasi media sangat dibatasi, seperti saluran air yg tersumbat.
Sekarang, dengan bekal slogan Reformasi dan kebebasan berpendapat, sepertinya tanggunjawab atas dampak berita yg ditayangkan disembunyikan di balik ketiak UU Kebebasan Pers ya? Rakyat hanya disuguhi junk News. Kalo kita aja kebanyakan makan junk food, tau sendiri akibatnya buat kesehatan, apalagi junk news. Ini seperti banjir bandang informasi ke dalam otak rakyat yg belum siap mencerna. Ini bisa berakibat bencana politik lho Wan. Ini namanya kita sedang membangun demokrasi menjebol tanggul.
Wis, aku tak minggat nang Amrik ae nek ngene. Mending nerusno sekolah.
Wah wah wah.. Apa iya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H