Kuingat malam itu bintang berkelip menghiasi awan. Malam itu aku sedang melepaskan kerinduan hatiku dalam bayang-bayang kakek. Kakek adalah orang yang mengajarkanku banyak hal. Selain mama, beliau selalu membantuku dalam menyelesaikan masalah.
Terakhir, kumelihat kakek pada 07 january 2005, waktu itu kami sangat berduka karena kehilangan kakek tercinta. Beliau meninggal karena mengidap penyakit kanker paru-paru. Semenjak itu hidupku terasa sepi. Tak ada lagi yang selalu mendengarkan keluhanku, tak adalagi yang mengantarku ke sekolah, dan taka da lagi yang mengajarkanku memancing.
Malam itu entah mengapa hatiku terasa sendu. Teringat akan jasa kakek kala ku kecil dulu. Ditambah dengan kondisi mama yang sedang sakit, membuat bulir air mataku terasa membasahi pipi. Malam itu hanya rasa rindu yang menghampiriku. Aku ingin sekali melihat dan memeluk kakek, ku ingin mengucapkan sebuah kata untuknya “aku sayang kakek” hanya itu yang ingin ku ucapkan.
Namun waktu telah berganti, bumi telah berputar selama 7 tahun. Tak terasa sekarang ku telah besar. Tak terbayangkan olehku ketika mencium kakek dulu. Ingin rasanya kuulang semua itu. Bahkan sepeninggal kakek, ku tak pernah memimpikannya. Ku ingin allah memberikan mimpi itu padaku, ku ingin melihat kakek tersenyum, walaupun itu hanya sebatas mimpi.
Pikiranku terhenti ketika sebuah bintang kecil berkelip menatap mataku. Bintang kecil itu kemudian mendekat padaku, dan terasa diujung mata. Entah beberapa detik berlalu, yang kurasakan hanya sebuah cahaya putih menutupi mataku. Kubuka mataku perlahan-lahan, terasa getaran hangat dalam jiwaku. Mataku terhenti ketika melihat sesosok lelaki tua di depanku, berpakaian putih layaknya malaikat di dalam televisi yang sering ku tonton. Namun hatiku terasa senang karena pria tua itu menatap mataku sambil tersenyum, dan kusadari bahwa dia adalah kakekku. Ku berlari mengejarnya, namun bayang itu terasa jauh meninggalkanku dan hingga akhirnya tak kulihat lagi.
Ku menangis haru karena telah melihat bintang hidupku, walupun itu hanya sementara. Ku ucapkan pada bintang kecil yang menatapku “aku sayang kakekkkkk”. Kuberlari menuju kamar mama, kulihat papa dan mama sedang tertidur lelap. Kucium kedua orangtuaku sambil mengucapkan “aku sayang kalian, ku tak ingin kehilangan mama dan papa”.
Entah setan apa yang merasuk dalam jiwaku hingga pikiranku berganti sesaat. Terpikir dalam benakku jika mama dan papa telah tua. Namun terucap dalam hatiku “aku harus membanggakannya sebelum mereka tiada, ku ingin merawat mereka hingga akhir hayatnya, aku ingin kedua orangtuaku menutup matanya dalam pangkuanku”.
Kuterkejut ketika melihat mama bangun dari tempat tidur. Segera kuhapus seluruh air mataku, namun mama melihat mataku merah. Mama menghampiriku dan membelai rambutku, ia seakan mengerti keadaanku. Ku menceritakan semua yang kualami malam itu pada mama. Mama memelukku sambil menghapus air matanya setelah mendengarkan ceritaku, mama mengucapkan sebuah kata untukku “ Nak, jika kamu sukses nanti, kamu tak akan melupakan mama kan ?. kamu akan merawat papa dan mama hingga akhir hayat kami kan?”. Bulir mataku terasa kembali membasahi pipi ketika mendengar perkataan mama. Ku berusaha tegar di depan mama, namun usahaku itu hanya sia-sia. Ku tak bisa menahan tangis ketika melihat mama.
Mama kemudian menuntunku ke kamar, ia memberikan selimut padaku, dan tak lupa mama mencium keningku sebelum pergi meninggalkan kamar. Kulihat jam yang bergantung di dinding. Terlihat jam menunjukkan pukul 02:00. Ku mencoba menutup mataku, namun yang terbayang olehku kakek dan kedua orantuaku. Kembali ku menangisi semua itu, dan kucoba membuat tulisan ini. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 03:00. Mataku mulai mengantuk, kuletakkan sebuah pena dan kertas disamping kepalaku. Ku rebahkan badan mencoba untuk tidur.
Dalam tidur, ku bermimpi kakek menghampiriku ketika ku sedang tertawa bersama mama dan papa. Kakek menucapkan sebuah kata untuk kami “Kakek sayang kalian”. Hanya kata itu yang terlontar dari mulut kakek. Mama mencoba mengejar kakek, namun kakek kembali meghilang.
Terasa mama memanggil namaku, ku terbangun. Mama dan papa telah berada di depanku dengan memakai pakaian sholat. Papa menuntunku berdiri dan mengajakku sholat. Kami sholat berjamaah yang dipimpin oleh papa, setelah selesai sholat aku dan mama menyalami papa. Ku berdo’a agar mimpi itu terulang kembali. Namun setelah berhari-hari aku tak menemukan mimpi itu kembali, tapi kegundahan hatiku tertutupi ketika melihat bintang kecil yang tersenyum padaku du
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H