Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Desa Emasku

19 Oktober 2016   19:18 Diperbarui: 19 Oktober 2016   21:17 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukit-bukit menjulang di utara, angin berhembus dari barat ke timur, suara-suara merdu burung menjelajahi seluruh penjuru negri. Dimanakah aku dapat menemui surga selain disini, tempat dimana aku pertama kalinya melihat negri indah ini. Bagiku tempe dan tahu sudah seperti makanan mewah. Untuk memakan ayam saja kita harus menunggu tanggal ulang tahun kita sendiri, sekarang aku sudah berumur 11 tahun. Kata Bapak Kewu, kepala desa kami, di umur-umurku inilah umur yang paling rawan. Beliau adalah seorang yang patuh akan negara karena ia cinta negri ini, bahkan posisi istrinya bisa saja digantikan oleh keindahan negri kami. 

Desa kami tidak pernah memiliki nama, tapi Pak Kewu selalu menyebut desa kami dengan nama Desa Emas. Desa emas kaya akan keberagaman agama, budaya, ras, dan bahan makanan. Kenapa emas? Karena desa ini telah diburu oleh negri bule sejak dulu, seperti emas yang semua orang cari. Aku disini terlahir sebagai anak yang suka mencari tahu segala hal tentang desa ini, karena desa ini telah melatihku sebagai anak yang penasaran akan segala hal.

Sampai detik ini tidak ada satu penjajah yang dapat masuk ke desa kami padahal Desa Emas tidak memiliki pagar berduri maupun listrik. Bapak Kewu lah orang yang selama ini menjaga desa kami seutuhnya. Istri Pak Kewu, Bu Kewu adalah orang terhebat di desa. Ia sangat pintar dalam hal masak memasak, aku tahu hal ini karena aku suka mengambil diam-diam masakannya. Bu Kewu selalu mengambil bahan masakannya dari sawah yang Pak Kewu bangun di kaki bukit Desa Emas. Di sawah itu warga dengan bebasnya dapat menanam apapun yang ingin mereka tanam. Desa kami sangat makmur dan kaya akan alam, itulah mengapa Pak Kewu selalu menasehatiku saat aku mulai merusak tanaman. Baginya, tanaman itu adalah seperti pelengkap rasa pada makanan. 

Semua sangat baik, hingga suatu hari orang berbaju indah dengan kudanya masuk melewati pagar desa. Ia adalah orang yang selama ini ayah ceritakan padaku, si penjajah. Ia dengan sebebasnya meyuruh Pak Kewu untuk menyerahlan segala hartanya, yaitu semua tanaman-tanaman di Desa Emas. Aku dan anak seumuranku memata-matai apa yang si penjajah itu lakukan, ia jalan-jalan di sekitar desa dan mencicipi semua rempah-rempah. Ia juga sempat menjilat jamur, tapi sungguh tidak beruntungnya dia, ia menjilat jamur beracun.

            Jamur beracun memiliki warna yang cerah dan mencolok. Semua orang di desa maupun anak-anak sudah tahu bahwa jamur beracun itu yang warnanya menarik. Aku kira orang dari negri bule lebih tahu tentang hal-hal beginian. Akhirnya si penjajah itu jatuh sakit dan tidak ada obat yang ia bawa untuk menyembuhkan dirinya. Dengan terpaksa ia meminta bantuan Bu Kewu untuk mengobatinya. Bu Kewu dengan senang hati pergi ke dapurnya, tempat dimana semua bahan makanan dan rempah-rempah berkumpul. Ia mulai meracik obat untuk si penjajah ini, semua orang percaya Bu Kewu dapat menyembuhkan menggunakan obat buatannya. Setelah si penjajah ini meminum obatnya, ia malah mengalami kerontokkan pada rambutnya dan seketika menjadi botak. 

Kita semua yang melihatnya tertawa lepas, lalu aku dan temanku mengambil obat racikan Bu Kewu dan menyuruh kudanya untuk meminum obat tersebut. Dan lucunya juga, bulu kuda itu rontok semua. Si penjajah ini merasa dipermalukan dan harga dirinya sudah di rusak oleh warga Desa Emas. Ia akhirnya meninggalkan desa dan sampai sekarang tidak ada satupun penjajah yang berani melewati pagar Desa Emas. Dan dari kejadian inilah nama Desa Emas ini diangkat menjadi nama desa yang resmi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun