Awal Desember lalu, ketika saya iseng main media sosial Instagram, lewat postingan dari akun Magdalene mengenai acara launching book club atau klub buku milik mereka, Klub Buku Puan, yang merupakan hasil kerja sama Magdalene dengan penerbit indie, Alitra. Hal ini menarik perhatian saya (yang tidak pernah bergabung ke klub buku non daring ini) tanpa ragu mendaftarkan diri dan ikut pada pertemuan yang dilakukan pada tanggal 14 Desember 2024 di gedung The Jakarta Post.
Klub buku adalah kegiatan berkumpul yang membahas tentang buku. Kegiatan yang biasa dilakukan di klub buku antara lain adalah membaca buku bersama, berdiskusi tentang buku, sampai mencari tahu informasi tentang buku. Tujuan Klub Buku Puan ini dibentuk selain sebagai wadah aman bagi penikmat buku dari berbagai latar belakang, baik perempuan, maupun laki-laki. Karena diadakan media yang berbasis perempuan, dengan adanya Klub Buku Puan, diharapkan bisa memberi exposure lebih kepada sastra, terutama sastrawati di Indonesia yang masih belum cukup banyak.
Untuk seorang newbie, ada ekspektasi dan rasa keragu-raguan yang muncul. Saya awalnya mengira akan banyak sekali yang datang, tapi ternyata hanya 15 orang perempuan yang hadir. Namun, dengan jumlah yang tidak banyak, jadi memudahkan interaksi dengan sesama anggota. Kami saling memperkenalkan diri, dan menjadi lebih dalam tahu tujuan dari Klub Buku Puan. Melalui perkenalan inilah, saya jadi sadar kalau membaca adalah salah satu hobi yang mewah.
Hal ini tidak pernah terpikirkan oleh saya yang sejak kecil sudah dihujani bacaan oleh orang tua saya, tujuan Ayah saya membelikan buku atau majalah anak-anak saat itu adalah supaya saya dan adik saya tidak merengek untuk beli televisi ketika kami berpindah-pindah rumah. Tapi ternyata, tidak semua anak memiliki orang tua yang lebih memberati buku dibandingkan televisi (atau smartphone seperti sekarang ini). Banyak alasan kenapa orang tua tidak memberikan buku: faktor ekonomi, akses mendapatkan buku atau sumber bacaan lainnya di era 90-an atau 2000-an masih terbatas di daerah, hingga karena orang tua yang tidak memiliki hobi membaca.
Selama pertemuan, saya benar-benar dibuat awe dengan pengetahuan membaca dan buku teman-teman baru saya ini. Ada yang membawa berbagai koleksi novelnya (saya tidak bawa karena rumah saya yang jauh), ada yang menceritakan kesukaannya membaca karya-karya sastra penulis perempuan dari Jepang, dan baru mengetahui kalau gaya bahasa sastra penulis Jepang yang bold dan sebagai bentuk perlawanan terhadap maskulinitas dalam dunia sastra Jepang. Ada juga yang menceritakan kebiasaan mereka yang melihat film adaptasi buku dulu, baru membaca bukunya.
Jujur, saya sempat merasa minder karena merasa pengetahuan sastra, buku, dan penulis yang saya ketahui, sangat sedikit. Tapi saya merasa sangat senang sekali karena selain menambah teman, pengetahuan saya pun menjadi bertambah. Rasanya menyenangkan sekali bisa berkumpul dengan teman-teman yang memiliki satu visi dan pandangan, apalagi bagi penulis amatir macam saya ini, saya masih harus banyak membaca. Di forum yang sama, saya mengakui kalau waktu membaca saya menurun, saya jujur rindu ke masa-masa saya bisa menghabiskan waktu membaca buku tanpa memikirkan banyak hal. Karena tema untuk bulan Januari ini adalah membahas salah satu penulis perempuan kesukaan saya, Ayu Utami. Saya ternyata bisa melalap novel "Saman" dalam waktu satu jam setengah!.
Bagi yang belum familiar dengan situs media ini, Magdalene adalah platform media berbasis perempuan di Indonesia, mulai aktif sejak tahun 2013. Dilansir dari situs Magdalene, media ini berfokus perempuan yang menyediakan konten dan perspektif yang inklusif, kritis, memberdayakan dan menghibur. Gaya jurnalistik yang beragam, solutif dan inklusif, membuat media ini menjadi ruang aman bagi pembacanya. Media ini juga menerima tulisan-tulisan dari pembacanya. Saya sendiri mulai sering menyambangi situs ini sekitar tahun 2014an, setelah seorang teman saya rajin ngetweet artikel-artikel Magdalene.
Sedangkan Alitra adalah penerbit indie yang dibentuk tahun 2024. Meskipun baru, penerbit ini membawa semangat untuk meningkatkan minat dan membaca penulis di berbagai kalangan di seluruh penjuru Indonesia. Mereka tidak sekedar menghasilkan produk karya-karya sastra tapi juga membantu para penulis selama proses pembuatan karya, distribusi, hingga membantu para penulis mendapatkan proyek-proyek menulis agar bisa tetap berkarya. Penerbit Alitra sudah menerbitkan buku karya penulis Malaysia, Aneeta Sundararaj, The Age of Smiling Secrets. dan merilis kumpulan cerpen dari penulis Singapura, Ahmadi Mohamed.*****
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI