Mohon tunggu...
Cerita Pemilih

Perihal SNI dan Kehebohan yang Ditimbulkan

30 Oktober 2015   02:35 Diperbarui: 30 Oktober 2015   03:50 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Apabila sudah, apakah hasil riset yang tentu memakan waktu, tenaga dan biaya yang tidak kecil (bahkan cenderung sangat besar) itu sudah disosialisasikan atau bahkan disebarkan secara edukatif kepada seluruh lapisan rakyat yang hidup dan melangsungkan hidupnya di tanah air ini? Regulasi atau Undang-Undang rasanya tidak cukup untuk menyelesaikan SNI yang sekedar "tempel beres", baik itu produksi dalam negeri maupun hasil impor dari luar negeri. 

Pengetahuan adalah sumber segala usaha, dan tidak sedikit dari mereka yang mencari jalan hidup dengan apa yang dapat mereka lakukan, dengan apapun yang mereka miliki, bukan hanya sekedar alat atau bahan melainkan juga keterampilan dan keberdayaan masing-masing insan untuk bekerja dan berkarya. Namun jalan menuju pengetahuan itu juga tidak dimiliki setiap lapisan masyarakat, sehingga sebagai negara sudah layak dan sepantasnya memberikan kemudahan untuk mencapai itu. Namun apa daya, terkadang kebijakan pemerintah itu juga dijadikan ajang "kesalah-pahaman" baik dari aparat "eksekutor" dan juga masyarakat yang terlanjur resah. (saya menghindari menggunakan kata "gagal paham" karena jujur saya sangat "tidak paham" dengan arti kombinasi kedua kata itu)

Mungkin karena sekian dan banyak hal yang sudah berlalu, penegakan hukum dan pemberantasan barang ilegal seolah sudah menjadi aksi yang tidak lagi terhindarkan, dan berbagai tulisan di media ini juga hanya bisa saling beradu argumen dan berujung kepada saling tuduh dan menghakimi. Namun yang penulis rasakan dan tidak temukan adalah penarikan benang merah dari permasalahan yang memang harus diluruskan oleh semua pihak baik dari aparat pemerintah, pelaku bisnis, pengusaha, buruh dan lapisan konsumen juga. Apa sih yang menjadi titik awal permasalahan perdagangan kita yang sedemikian ruwet, sedangkan kita hanya perlu mengacu kepada tujuan mulia dari kebijakan pemerintah yang akan saya ulangi disini: majukan industri lokal, dukung produksi dalam negeri, tingkatkan kualitas hidup bangsa, banggalah menjadi negara produsen.

Berikut mungkin beberapa hal yang saya pikir (opini pribadi, boleh ya) bisa menjadi titik awal pembenahan segala macam masalah itu. Cobalah contoh beberapa Negara Industri seperti Jerman, China, Jepang dan Amerika. Apa sih yang menjadi persamaan dalam 3 negara itu? Mengapa hasil produk industri mereka demikian dikenal dunia, sementara "Made In Indonesia" masih tidak begitu global ketenarannya. Nasionalisme adalah (mungkin) jawaban yang bisa saya ambil. Cobalah tanyakan masing-masing penduduk di sana, dan lihat apa saja yang mereka kenakan dari ujung kepala hingga kaki dan segala aset mewah lainnya. Tidak sulit untuk menemukan fakta bahwa mereka sangat mencintai produk mereka sendiri, dan secara pribadi mereka juga sangat bangga menjadi bangsa mereka sendiri dan akan sangat mudah untuk mereka menyebut "SAYA ORANG JERMAN/AMERIKA/JEPANG/CHINA"

Kembali berkaca ke negeri kita sendiri. Berapa banyak yang cukup bangga dan lantang menyebut ke orang luar sana bahwa "SAYA ORANG INDONESIA" ketika baju yang kita pakai adalah merk perancis (walo abal-abal, ilegal atau bajakan atau apapun itu), sepatu yang kita kenakan "Made In Thailand", jam tangan "Made In Japan", gawai yang kita pegang adalah "Assembled in China" dan kendaraan yang kita naiki adalah merk ternama Jerman (misalnya, bus Patas juga logonya jarum magnet 3 arah kan?) Salah kah kita, atau memang sudah terlalu banyak yang kesalahan sehingga tidak ada lagi yang mengenal apa yang seharusnya benar? Dengan cerita singkat ini saya bukan bermaksud untuk menjelek-jelekkan siapapun itu, namun saya pikir tidak bisa disalahkan karena keseharian kita bermasyarakat pun tidak dapat benar-benar terpenuhi dari segi kebutuhan dan langgam hidup dari produksi dalam negeri, bahkan mental kita sendiri pun tidak ada yang benar-benar mencintai bangsa ini dengan tulus. Setiap ada berita aneh dan bikin sebel, tidak sedikit yang berkomentar "Namanya juga Indonesia" dengan kecenderungan lebih ke negatif. 

Jadi dari faktor "rasa nasionalisme" dari rakyat sendiri sudah banyak yang harus dibenahi, sebelum permasalahan perdagangan dan barang ilegal yang secara nyata, merakyat dan manusiawi sudah menghidupi puluhan juta penduduk negeri ini. Tentu secara hukum ini adalah salah, tapi mengapa itu bisa terjadi selama puluhan tahun tentu menjadi tanda tanya dan misteri yang perlu-tidak perlu untuk dicari tahu. Maka dari sini saya ingin mengajak lebih banyak orang, cobalah kurangi kebiasaan men-cap bangsa kita yang memang masih banyak kekurangan ini dengan konotasi menyindir. Sadarlah dan bantulah setiap orang yang mungkin berbeda pendapat dan cara kerja serta pengetahuan dan latar belakang lingkungan untuk saling melayani dan bukan saling mencerca. Motto kita Bhinneka Tunggal Ika masih berlaku kan? Baru lewat 2 hari Sumpah Pemuda, saya pikir beberapa tanggal-tanggal yang penting itu dicatat dan diperingati setiap tahun bukan hanya untuk tren atau mengingatkan kita kepada sejarah, melainkan juga untuk membangun dan meng-ingatkan kembali betapa besarnya bangsa dan negara kita ini. 

Sepertinya semakin menulis isi artikel saya semakin melenceng dari judul, mohon maaf yah apabila berbelit-belit dan membosankan, harap maklumi penulis amatir ini. Apabila kembali ke PERIHAL SNI ini, saya hanya ingin mengajak para pembaca dan netizen lainnya untuk saling bertanya, penerapan dan penegakan hukum untuk ini sudah waktunya belum? Atau dengan segala komplikasi permasalahan politis dan kegaduhan yang ditimbulkan, sesuaikah dengan tujuan mulia dari kebijakan pemerintah itu? Tepatkah langkah-langkah yang sudah diambil dan dilaksanakan? Saya sebagai penulis percaya pemerintah PASTINYA mengutamakan rakyat dalam menjalankan tugasnya, dan dari sekian banyak pertimbangan, pastilah juga akan ada beberapa pihak yang dirugikan, walau pihak-pihak itu tentu akan merasa kesal dan kecewa dengan segala kesulitan yang ditimpakan kepada mereka.

Namun dalam dunia internet ini, sekiranya saling berbagi informasi yang tepat dan edukatif serta saling membantu apabila dimungkinkan, karena pada dasarnya setiap komentar dan opini adalah suara hati yang manusiawi dan jujur, bukan hanya sekedar "sadar aturan" dan kemudian saling menghakimi, dan setiap pendapat adalah bukti dari keinginan dasar manusia untuk "didengarkan" (saya berharap tulisan ini juga bisa di-dengar oleh banyak orang ^^)

Akhir kata (penulis udah ngantuk sembari mengetik artikel panjang lebar ini), PERIHAL SNI adalah salah satu cermin pembenahan diri dan bangsa yang akan menarik beribu macam PE-ER bagi negara dan rakyat serta merta. Tapi hal terpenting adalah jangan pernah lupakan identitas kita yang sebagai negara beradab masih sangat muda. Bangun nasionalisme dalam diri masing-masing, jangan terlalu ambil pusing mengenai perdebatan yang tidak perlu, dukung usaha negara dalam berbagai bidang baik itu dalam bentuk profesionalisme ataupun aksi yang membawa perubahan.

Tidak perlu takut salah, walau pemerintah juga bisa salah (aparat, menteri bahkan presiden juga manusia yang tidak bisa luput dari kesalahan), dan tidak perlu gengsi walau kita hanya bisa beli barang yang legalitasnya bisa dipertanyakan atau bahkan bajakan (tidak bermaksud mendukung, tapi tidak bermaksud mencela juga). Sebagai penutup, penulis akan mengakui segala keterbatasannya dalam mengolah informasi, dan memohon maaf apabila masih banyak isi tulisan yang harus diperbaiki, lebih beribu maaf apabila ada pihak-pihak yang tersinggung dari kata-kata yang menjadi opini pribadi penulis ini.

-xinliang-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

7 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun