Oktober 2024 - Generasi Z, sering disingkat menjadi Gen Z adalah orang-orang yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012 dan menjadi generasi pertama yang tumbuh dengan akses Internet dan teknologi digital sejak usia muda. Di era sekarang, media sosial sebagai sumber utama berita dan informasi bagi Gen Z. Mereka menggunakan media sosial untuk tetap up-to-date dengan apa yang terjadi di dunia, baik itu tren sosial, sejarah, gossip, bahkan berita politik. Gen Z mempunyai cara unik dan tersendiri untuk membuka opini publik  tentang politik dan cenderung dibawa santai.
Media sosial menjadi arena politik Gen Z? Para Generasi Z memanfaatkan platform media sosial seperti Instagram,twitter,youtube, tiktok sebagai tempat untuk mengkaji dan menyuarakan isu-isu sosial dan politik yang terjadi pada saat ini. Seperti pada pemilu 2024 ini, ketika kita membuka media sosial maka akan bermunculan beragam  informasi/konten terkait keunggulan dan kekurangan Capres dan Cawapres  , Kasus partai A , Kelebihan politikus C  ,dan lainnya yang kemudian menjadi forum diskusi .Kemudian hal-hal yang belum pernah kita dengar/ketahui akan terungkap, kita dapat mengeksplorasi dan menilai berbagai pandangan mengenai pemahaman politik.
Saya sebagai mahasiswi sekaligus Gen Z berpendapat bahwa media sosial dapat dijadikan sebagai wadah aspirasi masyarakat terhadap politik karena siapapun dapat bersuara, berdiskusi , berdebat tanpa harus menjadi bagian dari struktur politik. Media sosial membantu menemukan dan menghubungkan orang-orang yang memiliki pandangan yang sama sehingga dapat memperkuat demokrasi dan partisipasi.
Pemilu 2024 dikatakan sebagai " Pemilu Tiktok " pertama, dalam perubahan strategi kampanye politik. Platform ini menjadi salah satu media yang paling mencolok pada masa pemilu. Calon pemilu menggunakan platform ini untuk memperkuat kampanye mereka kepada calon pemilih. Para Influencer juga membuat konten berupa meme,video,editan,dan konten kreatif lainnya sehingga masyarakat antusias untuk berpartisipasi atkif dalam pemilu . Hal ini membawa dampak positif berupa kesadaran kaum muda akan politik , sikap kritis dalam menyikapi isu-isu , meningkatkan diskusi demokratis, membuat keputusan yang lebih terinformasi. Tetapi, media sosial pun dapat menjadi berbahaya karena penyebaran informasi palsu (hoaks),polarisasi, konten politik yang memprovokatif, buzzer ,yang berujung memicu perdebatan dan keributan antarpihak. FOMO ( Fear of Missing Out ) pun juga sedang ramai-ramainya, banyak dari Gen Z memilih calon pemilu karena viral atau ikut-ikutan. Maka dari itu ,kita harus bijak dalam menyaring informasi , tidak mudah untuk terbawa emosi, dan mampu menganalisis suatu berita/informasi agar tetap kondusif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H