Mohon tunggu...
andy andy
andy andy Mohon Tunggu... wiraswasta -

beyond the limit and enjoy mobility

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kisah Hidup Bill Gates Sang Genius Milliarder (4)

5 Agustus 2010   02:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:18 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Manejemen di jantung Microsoft ini, benar-benar sederhana. Setiap pemrogram dapat mengakses “Bill”, demikian mereka menyebutnya. Kantor Friedman sendiri cuma berbeda lima kamar dan sang CEO. Sering sampai larut malam Bill mengobrol soal perangkat lunak dengan para pemrogramnya. Sudah jelas, para pemrogram yang masih muda belia mi amat bangga memperoleh kedudukan demikian terhormat. Di Microsoft, Bill adalah pahlawan, bahkan idola, sehingga tak jarang eksekutif atau pemrogram di Microsoft meniru gerak-geriknya dan ulahnya yang nyentrik.

E-mail adalah urat nadi kerja seluruh angkatan kerja di Microsoft. Lewatkomputer, mereka dapati saling mengakses. mi memungkinkan seorang karyawan wanita, lewat e-mail, mengajak CEO-nya berkencan, dan diterima. Pesan yang masuk disertai

Keterangan jam ia dikirimkan. ini amat memudahkan komunikasi dan amat membantu usaha Microsoft untuk tetap lincah walaupun makin besar. Tapi kerugiannya, setiap pagi karyawan harus tneluangkan waktu untuk membaca dari membalas semua e-mail yang bisa mencapai 100 buah pesan. Tidak jarang sampai menghabiskan waktu 2 jam.

Para pemrogram sendiri harus siap menerima e-mail langsung dari Bill yang bisa masuk pada pukul 02.00 dini hari Saking “panas”nya (tidak jarang memuat kata-kata “goblok” dan semacamnya), e-mail dan Bill disebut flame-mail oleh para pemrogramnya.

Yang tak banyak diketahui orang, Bill itu sebenarnya anak mama. Bila ia mengundang pelanggan untuk sosialisasi, sering ia mengajak ibunya. Dalam sehari Mary Gates bisa menelepon anaknya sampai beberapa kali, mengirim e-mail kapan saja entah di rumah atau di kantor, bahkan menulis surat dan kartu. Tidak seperti anaknya, Mary berkepribadian hangat dan penuh perhatian. Kepada para manajer puncak, ia sering membicarakan anaknya dan mengungkapkan kekhawatirannya.

Bekas pacar Bill, Jill Bennet, sempat menyaksik.an betapa erat hubungan kekeluargaan famili Gates. “Keluarganya adalah salah satu asetnya yang terbesar,” katanya.

Bahkan ketika ia pindah apartemen Ayah, Ibu, dan sang Nenek yang mengurus kepindahannya. Rumah pertamanya terletak di tepi danau, tidak jauh dan rumah orang tuanya. Di rumah itu tidak banyak perabot. Bahkan tidak ada televisi. Hanya saja di ruang bawah tanahnya ada sebuah komputer dan di sanalah Bill paling sering berada kalau sedang di rumah. Di langit-langit kamar kerjanya, di pasang peta dunia yang amat besar untuk dilihat-lihat saat ia beristirahat

dari komputer. Alasannya, “Otak kita mempunyai banyak gelombang (seperti pada radio) yang tidak pakai.,” Bahkan pada dinding garasinya, ia tempelkan peta Afrika supaya ia dapat selintas melihatnya keluar-masuk garasi.

Perihal kejorokan Bill tampak benar saat The Wall Street Journal mengirim grafer untuk mengambil fotonya. Ia mengenakan sweater yang berlubang pada kedua ketiaknya.

Pada pesta tahunan perusahaan tahun 1991, 10.000 karyawan Microsoft menghadirinya. Istri karyawan Bill sering disebut “para janda Microsoft” karena jarang bertemu suami mereka. Bill sendiri, menurut Kompas, terbitan September 2003 kembali menduduki peringkat pertama dalam daftar orang terkaya AS. Sedangkan sistem pengoperasian Microsoftnya menguasai 85% PC dunia.

Setelah beberapa kali berkencan dengan beberapa gadis, akhirnya menikah juga Bill dengan Melinda French yang juga anak buahnya pada Januari 1994 Untuk pernikahan yang dilakukan di Hawaii itu, Bill memesan hampir semua hotel dan mobil sewaan di sana supaya tidak ada seorang pun dapat menyelundup ke dalam pestanya tanpa diundang. Kabarnya, setelah menikah, jam kerjanya dikurangi. Cukup sampai tengah malam saja . . . . (Hard Drive, Bill Gates and the Making of the Microsoft Empire, karya James Wallace & Jim Erickson/LW)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun