Begitu keluar dan sekolah, Bill mencurahkan segenap energi dan bakatnya yang luar biasa pada Microsoft. Dalam masa 5 tahun berikutnya, ia hanya dua kali berlibur. Masalah mendesak pertama yang ia selesaikan dengan sukses adalah ketidakcocokan Microsoft dengan MITS, perusahaan milik Ed Roberts, produsen ALTAIR.
Perangkat keras tersebut ternyata bermutu jelek sehingga orang membeli Ahair hanya karena ingin mempunyai BASIC. Padahal, Microsoft sudah terlanjur mengikat kerja sama dengan MITS. Ibarat pesawat, Microsoft siap tinggal landas, tapi rodanya tertambat di darat. Ketika kemudian MITS dijual kepada sebuah perusahaan raksasa, Pertec, Bill sadar ia hams menceraikan “anaknya” dari ALTAIR. Untuk itu, ia yang baru 21 tahun harus berhadapan dengan para pengacara tangguh. Dengar pendapat di depan sidang pengadilan yang berlangsung selama 3 minggu, akhirnya menghasilkan keputusan Microsoft punya hak penuh untuk memasarkan BASIC sesuai dengan cara yang dipandangnya baik.
Sampai sekarang, Roberts tetap beranggapan BASIC adalah hak MITS. “Bill dan Allen mengembangkan BASIC mereka dengan menggunakan waktu komputer MITS yang bernilai ribuan dolar. Bill dan Allen, terutama Bill, ternyata jauh lebih lihai daripada saya.”
Memang, walaupun lebih mirip pesuruh, Bill Gates adalah pengusaha yang amat tangguh. Pada usia demikian muda, ia santai saja duduk merundingkan kontrak bisnis yang rumit dengan para pengusaha Yang jauh lebih tua, berjas, dan berdasi. Tidak berbeda santainya dengan ketika ia duduk di depan komputer sampal pagi sambil makan piza dingin dan minum Coca-cola.
Dalam hobi pun tampak benar pembawaan Bill yang selalu mau serba cepat dan tidak sabaran. Ia senang ngebut dengan Porsche dan sering kena tilang. Seperti kata Paul Allen, “Bill senang mengetes mobil untuk mengetahui batas kemampuanya. Tapi, ia pengemudi yang hebat dan tidak pernah kehilangan kontrol”
Menurut Ed Curry yang menemani Bill, salah satu kunci keunggulan Bill adalah justru karena lawan meremehkan dia. Tapi, kunci yang lebih penting adalah ketangguhannya dalam soal-soal hukum. Selain mendapat bimbingan ayahnya, ia banyak belajar sendiri dengan membaca buku-buku tentang hukum korporasi AS. Selain itu, sudah sejak di Harvard, sementara kawan-kawannya asyik membolak-balik Playboy, ia senang menekuni buku-buku bisnis, tentang bagaimana mengelola orang dan produk. Kepiawaiannya dalam bahasa hukum membuatnya mampu menulis sendiri kontrak-kontrak kerja sama. Bagi Microsoft, ini penghematan dana pengacara yang mahal. Si bocah kerempeng dengan rambut penuh ketombe ini tidak cuma amat menguasai bidangnya, tapi juga memahami sepenuhnya makna terpendam dan suatu perjanjian yang kadang kala tersamar di balik bahasa hukum.
Tentu saja, kejadian biasa bila para pengusaha yang datang ke kantor Microsoft di Albuquerque bingung berhadapan dengan para pemuda gondrong itu. “Siapa sih anak-anak ini. Mana bosnya?” Demikian mereka umumnya bertanya. Tapi, begitu Bill mulai memimpin rapat, tidak ada lagi keraguan tentang siapa yang pegang kendali.
Sementara itu, para awak Microsoft terus ngebut mengembangkan bahasa program lain, seperti FORTRAN, COBOL, sembarj terus mengembangkan BASIC untuk sejumlah chip selain 8080. Di sini kendali pimpinan dipegang Allen yang lebih senang berada di belakang layar. Bill sendiri lebih sering terlibat pada segi bisnisnya. Darah dagang sudah telanjur mengalir kental dalam tubuhnya.
“Kawin” Dengan IBM
Jadi bolehlah dikatakan, dia salesman, kepala bagian teknik, pengacara, pengusaha, dan seterusnya di awal berdirinya Microsoft. Saking dominannya, kadang-kadang Bill tidak tahan untuk tidak mengotak-atik program hasil karya anak buahnya, walaupun ia sadar setiap pemrogram mempunyai gaya sendiri. Yang keterlaluan adalah ketika hasil karya orang pun diakui sebagai karyanya. Misalnya Standalone Disk BASIC dalam MS-DOS Encyclopedia (buku resmi Microsoft) disebut sebagai hasil karyanya. Padahal, program itu ditulis oleh Marc McDonald untuk National Cash Register tahun 1977. Sudah tentu penulisnya amat kesal karena menurutnya, Bill tak menyumbang secuil pun dalam program itu.
Pada awal tahun 1979, Microsoft pindah ke Seattle dan baru saat itu mereka mempunyai komputer sendiri. Dalam perjalanan dengan Porsche sejauh 2.250 km dan Albuquerque ke Seattle, ia terus ngebut sampai ditilang dua kali.
Saat Bill menginjak usia 24 tahun, Microsoft telah berpenghasilan AS $ 7 juta per tahun dengan hanya 40 orang pegawai. Tibalah saatnya membonceng sang raksasa IBM yang waktu itu berpenghasilan