KITA BERKHAYALKAH
Jagat Prastya
Kepulan melenggang sedikit nakal
Membuai
Tersendak napas
Pahitnya di ubun-ubun
Sekecap lidah, berkata amarah
"Ini masih terik, sayang!"
Lihat! gulalai itu
Mengendap bukan melarung
Sembuyikan saja sebentar
Di bawah pekat yang kita perah
Itu pahitnya
Jangan tangisi, sebutir gula yang beradu
Ini amat membakar
Seratus derajat kita diami
Gelas-gelasnya biarkan berlarian
Menukil mata di balik nampan
Congkel saja pakai linggis , kemarikan ampasnya
Mari kita berkhayal
Bak kepulan asap secangkir getir
Setelah tersesap buang saja
Jangan di simpan
Nanti ketahuan, kita sedang terjerumus
Dalam cangkir imaji
Jangkrik!!!
Ada cicak sedang berenang
Sayang kita bukan Anglingdarma dan Permaisuri
Yang tak bisa berbicara
Nikmatnya peluh
Dari ampas kopi
Lalu menceburkan diri pada didihnya air
Mengaduk
Merampas
Kita diam
Kita tangisi sepahnya saja
Menjadi legit sengit memanggang
"Aku ... Pamit."
 Kutinggalkan pesan
Di bawah taplak meja
Bacalah
Runtut berkiblat
Ada kopi bubuk dan gula aren
Seduhlah tanpa air
Biar serdadu jamak bertanya
Solo,12062019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI