Kondisi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS semakin tergerus.
Nilai tukar Rupiah terhada Dolar AS sudah melewati ambang batas psikologis, pada selasa malam (4/9/2018) Rupiah sudah menembus angka Rp15.029/USD.
Sebelumnya, pada penutupan perdagangan kemarin, Senin (3/9/2018), menurut Bloomberg, Rupiah melemah ke posisi Rp 14.815 per Dolar AS.
Bloomberg mengestimasi, hari ini kurs rupiah akan bergerak pada kisaran Rp 14.780 hingga Rp 14.845 per Dolar AS.
Posisi kurs rupiah, berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) hari ini juga melemah ke posisi Rp 14.840 per Dolar AS dari posisi kemarin Rp 14.767 per Dolar AS.
Dikutip dari Kontan.co.id, rupiah sebelumnya menguat tipis pada pukul 10.05 WIB, yakni 0,24% ke level Rp 14.780 per Dolar AS.
Apakah kita masih tetap tenang dengan nilai tukar Rupiah tersebut?
Tentu tidak, sebagai warga negara kita harus khawatir terhadap keadaan ini. Tentu kita tidak ingin luka masa lalu terulang kembali, krisis moneter 1998 tentu masih hangat di ingatan kita. Bagaimana keadaan negara kita saat itu? Mungkin kita punya pendapat masing-masing.
Selain itu, kita juga pasti tahu tentang keadaan negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia yang seharusnya kaya raya dan sejahtera, Venezuela.
Tapi keadaannya sekarang sudah masuk ke jurang kebangkrutan. Kebangkrutannya juga berawal dari masalah ekonomi.
Kemudian apa yang akan terjadi jika nilai tukar Rupiah terus melemah?
1. Akan banyak PHK di beberapa perusahaan
Salah satu hal yang sangat mungkin terjadi akibat merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS adalah pemutusan hubungan kerja (PHK). Seperti penyataan Bhima Yudhistira Adhinegara selaku Ekonom INDEF.
Bima menyatakan bahwa beberapa industri yang sebagian besar bahan bakunya tergantung impor seperti tekstil, farmasi, besi baja terkena imbas paling besar. Jika nilai dolar menguat, biaya bahan baku impor pun dipastikan akan melambung hebat.
2. Harga bahan pokok dan barang impor meningkat
Beberapa bahan pokok negara kita masih bergantung dari produk impor. Nah, melemahnya nilai rupiah ini membuat harga produk impor termasuk bahan pokok semakin meningkat. Belum lagi, biaya impor pun kemungkinan besar ikut melambung tinggi. Alhasil, produk-produk ini pun akan dibandrol dengan harga tinggi ketika dijual di tanah air.
3. Hutang negara makin susah dibayar
Imbas negatif melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga mempengaruhi hutang pemerintah. Seperti yang kita tahu, melemahnya nilai rupiah akan menjadikan kewajiban pembayaran cicilan pokok dan bunga utang luar negeri akan membesar. Semakin menguat nilai dolar AS, hutang negara kita akan semakin meningkat pula.
4. Pertumbuhan ekonomi melambat
Sebagian besar produsen menjalankan usahanya dengan kredit dari bank. Namun karena nilai rupiah melemah yang berakibat pada naiknya suku bunga, maka bisa jadi produsen mengurangi produksinya bahkan mungkin berhenti berproduksi. Selain itu, perputaran barang dari produsen ke konsumen pun akan lebih lambat sebab daya beli masyarakat yang menurun. Hal-hal seperti ini membuat pertumbuhan ekonomi melambat.
Melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS ternyata bisa menimbulkan efek domino yang mengacaubalaukan segala sendi kehidupan masyarakat. Karena itu, semoga pemerintah bisa menjaga kestabilan nilai rupiah sehingga kejadian-kejadian buruk di atas tidak sampai terjadi. Sebab jika sampai terjadi, yang paling menderita adalah rakyat jelata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H