Mohon tunggu...
Xavery AlbertoLartutul
Xavery AlbertoLartutul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Opinion Leader Portal Pageant di Era Digital: Kontroversi Miss Universe Indonesia 2023

3 Januari 2024   22:34 Diperbarui: 3 Januari 2024   22:36 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yayasan Puteri Indonesia (YPI) kehilangan lisensi untuk mewakili Indonesia di ajang Miss Universe sejak Februari 2023. Setelah 30 tahun berkarya, lisensi tersebut telah berpindah kepada PT Capella Swastika Karya, diumumkan melalui press conference Miss Universe Indonesia pada 8 Februari 2023. 

Publik terkejut, termasuk Angkasa Mega, Ketua Bidang Komunikasi YPI, yang belum menerima informasi resmi dari Miss Universe Organisation (MUO) terkait perpanjangan ataupun perpindahan lisensi. 

Instagram @missuniverse_id
Instagram @missuniverse_id

Melalui PT Capella Swastika Karya, penyelenggaraan final Miss Universe Indonesia (MUID) 2023 berlangsung meriah Agustus 2023, namun menyisahkan berbagai kontroversi. Kasus sexual harassment mencuat sesaat setelah final yang menimpa beberapa peserta MUID. Kasus ini viral dan disoroti berbagai media di Indonesia bahkan luar negeri. Kontroversi ini menyebabkan pemutusan kontrak dari MUO dengan PT Capella Swastika Karya yang baru saja terbangun.

Persoalan ini menimbulkan dampak yang meresahkan bagi kontes kecantikan di Indonesia, termasuk Yayasan Puteri Indonesia. Banyak netizen menunjukkan ketidakpuasan dan menyalahkan Yayasan Puteri Indonesia, mengira bahwa Miss Universe masih memiliki hubungan atau keterkaitan langsung dengan yayasan tersebut. 

Dalam pemberitaan mengenai kasus pelecehan seksual yang melibatkan MUID, beberapa media massa bahkan menampilkan foto atau video final Puteri Indonesia 2017. Keputusan untuk menampilkan foto tersebut berpotensi menimbulkan interpretasi yang salah di kalangan netizen, sehingga menambah kompleksitas isu yang sedang beredar.

Tangkapan layar
Tangkapan layar

Beberapa korban angkat suara dan kasus ini telah memasuki rana hukum. Meskipun kontroversi ini memunculkan pro dan kontra, MUID dibawah naungan PT Capella Swastika Karya memilih untuk tidak berkomentar awalnya, namun disertai dengan press release di akun instagramnya. Peristiwa ini menyebabkan serangan hate comment antar pendukung ajang kecantikan dan merugikan banyak pihak.

Melalui akun Instagram YPI @officialputeriindonesia, mereka mencoba menjelaskan bahwa MUI sudah tidak berada di bawah YPI dan mendukung korban MUID dengan menyebarkan konten press release dengan #savewomandignity. Angkasa Mega selaku Ketua Bidang Komunikasi YPI bersama dengan portal pageant besar di Indonesia seperti @dpidamuofficial dan @indopageants turut memberikan informasi penting dan mengoreksi kesalahpahaman yang ada di Instagram. 

Portal pageant adalah akun fanbase yang dibangun sejumlah orang untuk turut mempromosikan dan mendukung wakil Indonesia di ajang kecantikan internasional. Mereka memiliki kridibilitas yang diakui oleh para netizen, pemenang ajang kecantikan dan yayasannya. Portal ini juga memiliki koneksi dengan portal pageant lainnya dari luar negeri.

Dalam konteks ini, portal pageant menjadi pemimpin opini yang memainkan peran penting dalam menyampaikan pesan media kepada khalayak di era digital. Mereka membantu meredakan dan meluruskan isu, mengurangi potensi konflik dan meningkatkan kesadaran publik tentang kontes kecantikan. Dengan pendekatan two step flow communication theory pemimpin opini mengintepretasikan dan menyampaikan informasi kepada khalayaknya, memainkan peran kunci dalam proses komunikasi. Keberadaan mereka mengurangi dampak propaganda dan meningkatkan pemahaman netizen terhadap fakta yang disampaikan melalui media. 

Dokpri
Dokpri

Teori komunikasi dua langkah ini menunjukan bahwa pengaruh media massa terhadap khalayak akan melibatkan pemimpin opini, yang mana memiliki fungsi untuk menyampaikan informasi ke orang lain dalam jaringan mereka. Pemimpin opini lebih berpengaruh daripada media massa langsung. Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1940-an oleh Paul Lazarsfeld dan rekan-rekannya di Universitas Columbia.

Portal Pageant sebagai pemimpin opini merupakan individu  atau kelompok yang berpengetahuan dan sangat tertarik pada ajang kecantikan dan aktif mengonsumsi konten media tersebut, layaknya kontroversi MUID.  Portal Pageant @dpidamuofficial dan @indopageants menginterpretasikan dan menyaring informasi ini, membentuk pendapat dan sikap mereka sendiri tentang isu-isu yang disajikan di media kepada khalayaknya, yaitu para penikmat pageant maupun kahalayk luas. 

Kehadiran media tidak selalu bisa mempengaruhi masyarakat secara langsung, terbukti dengan adanya pemberitaan dari media yang menimbulkan propaganda baru dalam ajang kecantikan, namun melalui pemimpin opini semua pesan media akan bisa tersampaikan dengan baik kepada khalayak tentu melalui proses interpretasi dari pemimpin opini. Terbukti dengan adanya peran portal pageant sebagai pemimpin opini, dapat mengurangi potensi konflik dan meningkatkan kesadaran publik akan sebuah pesan fakta yang disampaikan melalui media.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun