(Background penulis adalah seorang audio engineer yang pernah bekerja di Malaysia)
Dear Bapak  Tifatul.
Kok malah suudzon sih orang minta internet cepat? Saya dulu kerja post-production di malaysia file ber giga2 harus dikirim setiap hari ke stasiun TV, rutin. Kalau internet di sini ampas kayak Indonesia mana bisa kerja kayak gitu? Yang ada tiap hari kita harus nganterin dari studio ke stasiunnya. Setiap hari ada 6 episode yang sizenya masing-masing 2 giga. Untunglah internet di studio kami cepat, 20 MBPS. Mau tau berapa bulanannya? 250 Ringgit atau kira2 950 ribu rupiah.
Jarak studio ke stasiun TV itu jauh, kalau studio kami harus melakukan semuanya manual maka akan extra biaya ama waktu lagi terbuang untuk sebuah hal yang sebenarnya bisa dilakukan secara online.
Itu baru orang audio, kebayang ga kalo orang ngurusin video? Udah rendernya lama, harus buang waktu lagi nganterin. Kan gila. Udah gitu masi nanya pak tifatul kenapa orang mau internet cepat?
Bapak itu mentalnya udah jelek dari sana nya. Dikira orang leecher semua apa? Ga semua pak. Untuk dunia profesional internet cepat itu sangat menguntungkan.
Bapak tau ga Steinberg VST Connect itu apa? Itu aplikasi buat kolaborasi online studio2 profesional. Itu kalo pake internet Indo mana bisa. Tau Ohm Studio? DAW untuk kolaborasi online. Mana bisa dipake juga kalo internet Indonesia.
Saya dulu pernah dikasih job mixing, kasian klien saya. Dia upload file 2 giga aja ampe 2 hari, sementara saya pas kirim balik ke dia ga sampai satu menit.
Bapak itu ga pantes jadi menkominfo. Bapak ngaku orang religius, dari partai yang dulunya partai islam. Masa ga pernah baca sih pak hadist yang satu ini :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi menjawab; "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." (BUKHARI – 6015)
You're only muslim when it's convenient for you.