Mohon tunggu...
Sunan Doro
Sunan Doro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Linux Lover

Linux Defender, Android Supporter, Coffee Lover

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

#016 Bulan Sabit di Ufuk Republik

16 Agustus 2014   14:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:24 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="http://bimg.antaranews.com/"][/caption]

#015

"Apakah maksudnya Jeng Nisa ingin menyampaikan, badut itu menggunakan Pedang Ganesha" terdengar suara Budi Leksono. Anisa menganguk, "saya sempat menyampaikan hal ini pada kangmas Rusli, beliau meminta saya untuk meneliti lebih lanjut" wajah Anisa sangat serius, "berhari-hari saya mengamati semua rekaman tadi, membuka kembali literatur lama peninggalan ayahanda, dari beberapa potensi, saya berkesimpulan itu Pedang Ganesha".
"Lalu apa implikasinya" Tanya Nugroho.
Anisa memandang Rusli, dijawab dengan angukan kecil.
"Siapapun badut itu, dia bukan orang sembarangan, meskipun tindakannya sungguh sembarangan" Anisa beringsut kecil. "Tidak ada motif yang bisa saya pikirkan. Terlalu banyak pihak menghendaki kematian bekas ketua SKK Migas yang tercokok KPK. Sahabat kita Pembela Kebenaran, tidak lagi terdengar kiprahnya, tidak ada jejak bisa ditelusuri, mereka seakan hilang ditelan bumi. Liga, menjadi pihak paling dicurigai, bagi yang mengenal liga" Anisa kembali memandang Rusli. "Kangmas, diperkirakan berapa orang mengenal liga lebih dari desas desus".
"Tidak lebih dari 7 orang diantara 247.000.000 penduduk Indonesia" Jawab Rusli mantap.
"Well," Anisa masih memandang Rusli "kita anggap 70 orang mengenal liga, berapa kelompok atau Persaudaraan mengenal liga"
Rusli diam berpikir,"Saya tidak bisa memastikan, tapi saya berkeyakinan, 3-4 pihak mengenal liga dengan baik, meskipun mereka belum tentu mengenal anggota dewan" Rusli menjawab mantap, memuaskan.
Kepala Anisa tertunduk,"Artinya kita tidak sungguh-sungguh bisa bersembunyi".
Nugroho, Farid, Budi memikirkan kata-kata Anisa, demikian pula Rusli.
"Sepuluh tahunan saya hidup aman tenteram sebagai anggota dewan" Budi Leksono menyahut "kadang sampai lupa bahwa saya anggota dewan" lanjutnya seraya tertawa lebar. "Tapi saya sempat mencurigai seseorang sebagai anggota persaudaraan, dua tahun mengamati seluruh tindak-tanduknya, saya berkesimpulan, dia bukan anggota manapun". Budi menarik nafas, "naluri saya tampaknya bertambah tumpul, terlalu enak menikmati hidup. Kini Jeng Nisa membawa sebuah teka-teki menarik".

"Kita harus berterima kasih pada kangmas Pradopo, mengirimkan Nisa pada kita" Farid memandang Anisa dengan senyum tulus. "Tenaga muda selalu bekerja lebih kreatif" sambungnya.
"Yang tua seharusnya mundur" Potong Rusli, disambut tawa semua yang hadir.
"Orang tua biasanya semakin sensitif" Nugroho menimpali, disambut tawa makin lebar oleh anggota lain.
Rusli mengangkat kedua tangan, meminta perhatian. "Sejak kemerdekaan Republik ini, dimana salah satu anggota dewan adalah perumus UUD 45, liga memutuskan mendukung pemerintah yang sah. Kita bahkan sempat membela seorang diktator selama tigapuluh tahun" Rusli mengambil jeda. "Bukan sesuatu yang harus disesali, misi liga sejak didirikan adalah membantu menjaga stabilitas pemerintahan" lanjut Rusli. "Tiga dasa warsa terakhir, situasi Republik berubah demikian cepat, sementara liga masih berpegang pada doktrin lama. Saat didirikan, wilayah yang musti ditangani liga hanya jawa tengah, jawa timur dan sedikit jawa barat. Kini, dari sabang sampai merauke" wajah Rusli mendadak kusam."Saya kadang merasa tidak layak lagi memimpin dewan ini".
"Kita masing-masing mewarisi wilayah sedemikian luas" sahut Nugroho. "Kangmas Sudah menunjukkan kepemimpinan yang nyaris sempurna, menjaga eksistensi liga saja, bukan pekerjaan mudah. Minimal secara ekonomi, liga tidak terganggu, bangkit kembali setelah terpuruk di tahun 1999". Nugroho diam sejenak, untuk kemudian melanjutkan "setiap jaman membutuhkan cara penanganan berbeda, model penyelesaian yang tidak selalu sama. Inovasi kangmas Rusli lebih kreatif dari kita semua".
Budi, Farid, Anisa menganguk setuju.

"Nurani saya sering merasa terganggu dimas Nugroho" kata Rusli seakan pada diri sendiri. "Pemerintahan kini dikotori oleh terlalu banyak koruptor, liga seharusnya meredefinisi doktrin lama. Akan tetapi meredefinisi doktrin lama, bisa berakibat pada melanggar doktrin itu sendiri. Saya merasa seakan jatuh pada sumur filosofis tanpa dasar".
Semua terdiam merenungkan kalimat panjang Rusli.
"Saya pikir, kini bukan saat yang baik untuk memikirkan pondasi liga" suara Anisa memecah kesunyian. "Setelah Pilpres 2014, kita pikirkan apa yang terbaik bagi liga" lanjut Nisa. Tidak ada sahutan, namun bisa ditangkap mereka semua menyetujui."Munculnya Pedang Ganesha, badut yang bukan sembarang badut, saya pikir masih sebuah permulaan" sambung Anisa lagi.
Rapat dewan dilanjutkan dengan membahas hal-hal teknis, termasuk kesepakatan untuk lebih sering berkumpul.

"Sebelum ditutup, saya ingin mengajukan usulan" demikian Anisa berkata. "Tantangan jaman semakin kompleks, teknologi berkembang sangat cepat, sementara liga masih bertahan dengan cara lama" Anisa menebarkan pandangan ke seluruh ruangan."Bagi yang bersedia, saya usul agar kita menambah perlindungan diri. Kita tidak tahu tantangan apa yang akan kita hadapi. Senapan dan pistol mesiu, bukan faktor yang perlu kita pikirkan, akan tetapi laser tidak lama lagi akan sama ramainya dengan pistol air mainan anak-anak".
Rekan-rekan Anisa tidak menjawab.
"Nenek moyang kita meyakini, batas kekuatan tubuh manusia tidak diketahui, kekebalan dapat dilatih dan dipelajari. Namun ilmu kebal diciptakan saat senjata masih berupa senjata tajam. Peluru mesiu kolonial belanda, bergerak sangat lamban dengan akurasi rendah" Anisa semakin bersemangat. "liga memiliki cukup rompi kevlar, hanya saja kevlar tidak akan mampu bertahan terhadap laser" masih tidak ada sahutan. "Saya ingin menyegarkan pikiran kita semua" Anisa meneruskan. "Tiga logam terkuat di seluruh jagad saat ini adalah Tungsten, Osmium dan Titanium, Tungsten dikenal memiliki kerapatan paling tinggi, sehingga sangat tahan terhadap tekanan, tapi kerapatannya membuat logam ini rapuh dalam menerima pukulan, selain itu tungsten sangat sulit dibentuk, karena hanya bisa dibentuk dengan Intan. Osmium mirip dengan Tungsten, dengan kepadatan 22.59 gram/cm3, titik lebur sangat tinggi, hampir tidak ada tanur dan bahan bakar yang bisa meleburkan Osmium. Titanium saat ini menjadi satu-satunya pilihan karena lebih rendah kepadatannya dibanding Tungsten dan Osmium, selain itu Titanium lebih lentur, anti korosi. Titanium melebur pada suhu 1650 derajat celcius, dengan tensile strength 63.000 psi"

Rusli, Farid, Nugroho dan Budi menyimak. Anisa berhenti sejanak. "Saya mengusulkan untuk memproduksi perisai pelindung bagian tubuh kita paling lemah dan vital, seperti dada, perut dan selangkangan, menggunakan material logam".
Farid mengangkat tangan, "logam pelindung akan menambah bobot secara signifikan".
Anisa menganguk, Rusli tidak berkomentar, demikian pula Nugroho dan Budi.
"Kawan kuliah saya di belanda, pernah menyinggung tentang exilium, gabungan vibranium,tungsten dan plutonium. Exilium lebih kuat dari titanium, namun lebih fleksibel. Formulasi campuran rahasia ini diketemukan oleh seorang Profesor asal rusia. Untuk material ketiganya bisa didapat, yang menjadi persoalan adalah kita harus bisa menemukan tanur yang sanggup mencapai suhu 2020 derajat celcius" Anisa semakin bersemangat.
"Tidak ada bahan bakar yang sanggup menghasilkan panas s/d 2020 derajat celcius, selain lava. Karenanya tidak ada maeterial cetakan yang mampu dibentuk untuk menahan exilium cair. Seorang saintis muda asal Maldives, meyakini idenya untuk mencairkan exilium, yakni menggunakan kawah Nyirangongo di Republik Demokratik Kongo sebagi tanur. Itupun hanya akan menghasilkan serpihan serpihan kecil. Kita manfaatkan serpihan-serpihan kecil tersebut menjadi sebuah jalinan. Exilium lebih kuat dibanding pakaian Iron Man dan Perisai Captain Amerika"

"Sungguh itu jauh diluar nalar saya untuk bisa memahami" Budi berkata kagum. Farid dan Nugroho setuju dengan kalimat Budi. Sementara Rusli hanya menganguk-anguk."Diajeng...." kata Rusli dengan suara dalam."Kami menyerahkan semua ini pada Jeng Nisa, kami mempercayai Jeng Nisa akan berbuat yang terbaik, sebagai 3D engineering designer, saya yakin pengetahuan Jeng Nisa dapat berguna" Rusli menutup kalimat disertai senyum bangga. Anisa menunduk."Terimakasih kepada seluruh anggota Dewan" ujarnya lirih. Pertemuan dibubarkan, satu per satu anggota dewan keluar dari pintu rahasia, meninggalkan kediaman Rusli menuju arah berbeda. Rusli ikut keluar melalui pintu rahasia, Ia tidak ingin membuat Istrinya bertanya-tanya. Dari ujung jalan, Rusli masuk ke rumahnya melalui Pintu depan.

[#####]

"STMJ LB TAKTERKAIT RRSKKMG" demikian pesan singkat melalui aplikasi whatsapp, dikirim oleh Anisa ke nomor yang diberikan Rusli, tanpa mengharapkan jawaban. Jawaban tidak diperlukan.
"Thanks > STMJ LB TAKTERKAIT RRSKKMG" sepotong pesan diterima melalui SMS oleh Rusli. Senyum simpul menyeruak di bibir Rusli, ini cukup sebagai tanda, Anisa telah membalas pesan dan si Sapu Tangan Merah Jingga menyampaikan balasan melalui dirinya. Sementara itu, Anisa duduk di belakang kemudi Honda Jazz, mendengarkan siaran radio elshinta, menyusuri jalan raya Cisarua, suasana agak lengang. Handa Jazz meluncur anggun, masuk ke arteri Ciawi, langsung menuju gerbang tol jagorawi. Tujuh menit dari gerbang Ciawi, Anisa dikejutkan oleh Wrangler Hijau yang secara tiba-tiba menyalip terlalu dekat."Prakk...." spakboard kiri depan terserempet, Anisa benar-benar kaget, memarkir mobil di bahu jalan kiri, memasang lampu hazard, mematikan mesin, menyambar senter dan turun memeriksa, peot sedikit di bagian depan, kaca lampu depan baik-baik saja. Membuka kap mesin untuk memeriksa lebih lanjut, minimal meyakinkan tidak akan ada gangguan.

Tengah asyik Anisa memeriksa mesin serta hal-hal yang dianggap penting. Mendadak sebuah mobil Cherokee bergerak cepat, tahu-tahu sebuah bayangan meluncur ke arah Anisa, sambil meluncur keluar kaki bayangan mendorong pintu menutup pintu mobil dan cherokee itu, ngebut secepat-cepatnya. Anisa terhenyak, secara reflek menggerakkan lengan kiri menangkis. Tak urung bayangan itu berhasil menyusupkan tangan dan mencolek payudara Anisa, tentu saja perbuatan ini membuat Anisa menjerit dan melompat ke belakang. Bayangan hinggap di pagar batas jalan toll, untuk kemudian melompat tinggi menghilang dalam gerumbul pohon.

Didorong kemarahan, payudaranya kena colek, Anisa mengejar. Geram bukan main, tiga kali lompatan mengantar Anisa ke sebidang kebon pisang. Seorang lelaki bertubuh sedang, mengenakan jaket kulit hitam berdiri dengan kaki terpentang, kedua tangan mengepal dikedua sisi badan. Tanpa ba bi bu, Anisa langsung menyarangkan pukulan lurus dengan loncatan panjang. Lelaki berjaket hitam mendengus, menarik bagian tubuh atas ke belakang, membalas dengan tendangan putar. Anisa menekuk kedua kaki, menghindari serampangan kaki lawan. Tubuh Anisa berputar di udara, menyusulkan tendangan. Si jaket hitam membuang diri ke samping, hampir saja pelipisnya kena gasak tumit yang bergerak bagaikan kilat. "lelaki jahil, kurang ajar, siapa kau" bentak Anisa geram. Tidak ada jawaban. Anisa kembali meloncat tinggi, menukik cepat menghantan dengan tangan kiri. Lawan menangkis dengan tangan kanan, secepat kilat Anisa menyusulkan pukulan lurus dengan tangan kanan terkepal, serangan tangan kiri tadi memang hanya gertakan, untuk membuat lawan menangkis sehingga terbukalah pertahanannya."Eh ..." suara lawan terkejut melihat kecepatan gerak tangan kanan Anisa. Ia segera miringkan tubuh ke kiri seraya membuang diri ke depan. Tanpa membuang kesempatan Anisa melancarkan sepakan kuat dan cepat, saat melihat posisi lawan melayang. "Desss.." lawan terguling, paha kirinya terkena sepakan Anisa, nyeri bukan main.

Tanpa membuang waktu, Anisa melayang tinggi, meluncur turun dengan kedua kaki lurus, mengerahkan seluruh tenaga ingin rasanya segera menggencet tubuh si jaket hitam. Lawan menatap tubuh Anisa meluncur bagai balok jatuh, Ia menyadari serangan berbahaya dan mematikan. Lelaki jaket hitam, berguling satu kali, sambil telentang menyambitkan sesuatu. Anisa terkesiap melihat benda hitam tiba-tiba meluncur ke arahnya, namun Ia tidak kehilangan kontrol, dengan sigap dan indah Anisa berputar diudara, kini kepalanya dibawah, menangkap senjata lontar lawan, melakukan salto satu kali dan mendarat tanpa suara diatas tanah. Sayangnya sesaat sebelum mendarat, Anisa melihat lawan bangun, melompat secepat kilat ditelan kegelapan malam. Anisa menarik nafas, membereskan blazer, menatap sepotong pisau ditangan dan ngeloyor kembali ke pinggir jalan tol, dimana mobilnya diparkir. Anisa mengedarkan pandangan ke sekeliling, meyakinkan diri tidak ada kemungkinan gangguan. Membuka pintu mobil, masuk dan memacu cepat mobilnya. Anisa memutuskan tidak mengejar lelaki tak dikenal yang telah mencolek payudaranya, nalar kesadaran mengingatkan Ia tidak mengenal daerah tersebut, juga menyadari lawan pandai melontar pisau, sangat berbahaya mengejar tanpa perhitungan, meskipun kegeraman memenuhi rongga dada.

Bersamsung ...
#017

Catatan : Tulisan berikut ini seluruhnya FIKTIF, sebuah FIKSI kreasi Penulis. Persamaan Nama, Peristiwa, Tempat tidak lebih hanya sebagai bingkai cerita. Tidak ada maksud dan tujuan untuk mendiskreditkan siapapun atau pihak manapun, segala usul, saran, kritik, keberatan agar menghubungi penulis. Kompasiana tidak bertanggung jawab atas Isi tulisan. Selamat menikmati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun