"Kemampuan kita untuk mencapai kesatuan dalam keberagaman akan menjadi keindahan dan ujian bagi peradaban kita." - Mahatma Gandhi
Keberagaman adalah keindahan yang tak ternilai. Walaupun sering kali kita temukan perbedaan antara sesama manusia tetapi keberagaman tersebut sering tidak dihargai bahkan digunakan oleh orang orang dengan cara yang tidak sepadan pula. Tetapi Indonesia telah berhasil untuk menempuhi segala tantangan tersebut. Pahlawan nasional kita telah berhasil mempersatukan bangsa dan negara walaupun terdapat banyak perbedaan antar ras, suku, dan agama.Â
Sekarang Indonesia sudah merdeka, rakyat sudah menjadi satu atas nama yang satu, warga negara Indonesia. Tetapi masih sering dijumpai, para pemecah belah bangsa, yang tidak mempedulikan bangsa dan negara, yang menyia-nyiakan segala perjuangan para pahlawan bangsa kita. Terdapat mereka yang menjadi musuh toleransi dengan sikap radikal dan intoleransi terhadap sesama yang berbeda kepercayaan. Sekecil berbeda keyakinan, dapat menghancurkan sejarah yang sudah dibangun selama 79 tahun. Maka dari itu, warga-warga pun diajarkan mengenai toleransi. Sikap dan cara untuk menghargai dan menerima perbedaan di sekitar masyarakat. Pada saat yang sama juga, para siswa Kolese Kanisius diajak untuk mengembangkan sikap toleransi tersebut melalui sebuah kegiatan bernama Ekskursi.Â
Menapak Kaki
Ekskursi pada kali ini membawa saya ke sebuah tempat di Banten yang tentunya saya tidak familiar tetapi mengenalnya melalui bisikan dan omongan masyarakat lain yang bernama pondok pesantren. Pada kesempatan kali ini saya bersama teman-teman kelompok saya diantarkan ke Pondok Pesantren Bismillah terletak di Serang, Banten untuk bertemu dan merasakan budaya dan kebiasaan yang dialami oleh teman-teman setempat. Pada pagi hari yang cerah kami datang dalam rombongan dengan bus menuju pondok pesantren tersebut dengan wajah yang ceria dan penuh antusias. Saat pertama kali kami menapak kaki di lingkungan yang baru tersebut, kami disambut dengan antusias yang sama pula dari teman-teman Pondok Pesantren Bismillah. Sepertinya ini merupakan momen pertama kali mereka melihat sekumpulan warga kota Jakarta datang ke sekolah mereka dan membawa sebuah perasaan dan budaya baru di kalangan budaya tradisional mereka. Selain itu, ini merupakan momen pertama mereka juga bertemu dengan orang-orang yang memiliki kepercayaan yang berbeda dengan mereka.
Hal tersebut berupa beberapa kata yang saya dengar dari teman-teman saya  di Pondok Pesantren Bismillah setelah saya dapat berkenal dan mendekat dengan mereka dalam hari pertama saya berada di pondok pesantren tersebut. Kebudayaan mereka yang tradisional dan sederhana sangat bertolak belakang dengan kehidupan kota yang saya sudah biasa dan anggap sebagai standar. Hal sederhana seperti toilet, makanan, dan bahkan tempat tidur menjadi sebuah faktor perbedaan antara kehidupan normal saya di kota dengan saat di Pondok Pesantren. Tempat tidur yang hanya berupa matras, makanan sederhana seperti nasi dan dipadu dengan ikan asin, toilet yang bahkan digunakan bersamaan, kehidupan beragama yang sangat terintegrasi di kehidupan sehari-hari teman-teman setempat seperti mengaji pada pagi hari dan malam hari, semua merupakan sebuah kebiasaan bagi mereka yang sangat berbeda dengan kehidupan saya dan melalui ekskursi ini saya dapat mengalaminya dan melihat perbedaan tersebut dengan kedua mata saya secara langsung. Sungguh merupakan sebuah anugerah yang hebat untuk dapat melihat dan mengalami semua perbedaan budaya tersebut secara langsung.Â
Kata Ibu
Ibu saya sendiri juga merupakan anak asrama yang telah berhasil untuk merantau dan memulai kehidupan yang baru di perkotaan dan juga bisa sukses dalam mendidik anak seperti saya untuk menerima budaya-budaya yang berbeda. Sudah seringkali saya mendengarkan kehidupan asrama ibu saya tetapi saya belum pernah mengalaminya secara langsung sampai akhirnya saya melakukan ekskursi ini. Semua yang dikatakan ibu saya mengenai kehidupan sederhana dan tradisional sebuah asrama sama seperti yang saya alami saat di Ponpes Bismillah. Budaya yang sangat keras dalam memprioritaskan kedisiplinan dalam setiap anak-anak pesantren juga sangat terasa. Kebersamaan yang ibu saya katakan di asrama juga terlihat di setiap anak pesantren. Setiap kegiatan dilakukan bersama-sama seperti makan, mandi, belajar, mengaji, sholat, dan setiap kegiatan mereka terstruktur dan terjadwal dengan baik. Budaya hukuman pun juga keras untuk diprioritaskan dengan diberikannya hukuman kepada mereka yang melanggar aturan atau jadwal yang sudah dibuat. Walaupun terdengar keras tetapi sesungguhnya itu semua membuat anak-anak pesantren ini menjadi anak-anak terdidik dan mempunyai tujuan hati yang baik dan benar. Tidak ada dari mereka yang melanggar aturan-aturan tersebut dan sikap sopan santun mereka juga terjaga.Â
Selain itu, kehidupan beragama mereka pun sangat terterapkan. Saya sebagai seorang Kristiani merasa kalau diri saya sendiri tidak sebanding dengan mereka yang rajin sholat 5 waktu. Saya sendiri kadang masih malas-malasan untuk datang ke Gereja tetapi mereka mengajarkan saya kalau sesungguhnya agama itu adalah sebuah kewajiban dan tanggung jawab yang orang harus hidupi dan lakukan. Itulah indahnya keberagaman Indonesia. Dari keberagaman ini saya sendiri dapat belajar untuk menjadi seseorang yang lebih baik dalam budaya saya sendiri dengan melihat kebudayaan yang lain. Dari setiap kebudayaan dan kebiasaan para santri tersebut saya dapat mempelajari beragam nilai baru seperti kedisiplinan, tanggung jawab, kebersamaan, dan yang terutama toleransi.
Anugerah dalam Keberagaman