SM Entertainment announces Seunghan has officially left RIIZE. pic.twitter.com/dCnONjxpYN— Kpop Charts (@kchartsmaster) October 13, 2024
Dari berbagai macam kasus skandal yang ada dalam industri musik Korea, yang tidak lepas adalah kasus perundungan. Beberapa minggu yang lalu terdapat sebuah kasus perundungan dalam dunia perindustrian musik Korea yang memberikan gambaran buruk terhadap situasi dan kondisi dari perindustrian idola di Korea. Dalam kasus ini, terjadi sebuah pembullyan yang menyebabkan salah satu idola dari grup boyband bernama RIIZE dikeluarkan dari grupnya sendiri karena melakukan hal yang wajar pada masa sebelum ia menjadi seorang idola.
Cerita Seunghan
Pada awalnya lelaki bernama Seunghan ini hanya seorang remaja laki-laki yang biasa saja dan menghidupi kehidupan remaja sewajarnya. Tetapi dengan berjalannya waktu, ia mulai memilih untuk memajukan karirnya dalam perindustrian idola Korea dan menjadi seorang trainee di bawah salah satu agensi musik Korea yang terkenal bernama SM Entertainment. Akhirnya pun, ia berhasil untuk menjadi seorang idol di dalam grup bernama RIIZE bersama enam teman lainnya dan menetapkan jejaknya di dalam perindustrian musik Korea.
Tetapi ini semua berubah saat ada bocoran foto dari masa remajanya yang menunjukkan dirinya bertingkah laku seperti remaja pada umumnya dengan pacaran dan merokok. Memang terdengar sederhana tetapi bocoran ini menyebabkan idola tersebut harus mengambil hiatus sesuai dengan perintah agensinya.
Kemudian beberapa minggu lalu saja, setelah hampir satu tahun ia melakukan hiatusnya, akhirnya dia pun dikembalikan oleh agensinya dan diperbolehkan untuk balik bekerja dalam grup RIIZE tetapi informasi ini tidak diterima baik oleh beberapa penggemar grup ini yang lebih senang dengan ketidak beradaannya Seunghan dalam grup tersebut.
Seunghan kemudian dibully dan bahkan diberikan ancaman pembunuhan melalui media sosial dan bahkan ada seorang oknum yang membuat pajangan karangan bunga kematian di depan bangunan SM Entertainment untuk Seunghan seolah-olah oknum tersebut mengatakan kalau Seunghan sudah tidak dianggap atau sudah mati. Karena kasus ini, agensinya sendiri melakukan tindakan untuk mengeluarkan Seunghan dari grup tersebut agar memuaskan keinginan para “penggemar” dan oknum-oknum yang menginginkan Seunghan untuk tidak kembali ke grupnya.
Pada akhirnya Seunghan dikeluarkan dari grup tersebut dan ditinggalkan begitu saja dengan trauma dan kompensasi apapun. Kasus ini membuka banyak pandangan baru terhadap buruknya lingkungan perindustrian musik Korea terutama dalam kaitannya dengan hubungan penggemar idola dengan idolanya sendiri.
Mendalami Idol
Memilih karir sebagai seorang idola adalah sebuah perjalanan yang berat. Memberikan diri kita sendiri untuk menyenangkan orang-orang banyak adalah sebuah komitmen.
Seolah-olah menjualkan diri kita untuk kesenangan orang tetapi ditutupi dalam bentuk talenta, penampilan, dan perilaku di depan publik serta para penggemar. Seorang idol diberikan fondasi dalam bentuk agensi. Agensi tersebut bekerja untuk mengatur para idolanya dan mengatur keberlangsungan dari grup-grupnya terutama dalam mempertahankan idol mereka karena orang-orang tersebutlah sumber uang mereka. Idola-idola mereka tersebutlah yang seharusnya mereka prioritaskan agar terus bekerja untuk agensinya.
Tetapi SM Entertainment pada kasus kali ini malah memprioritaskan keinginan para penggemar dan mengeluarkan Seunghan dari grupnya. Berbeda sekali dengan agensi lain yang memang memprioritaskan para idolanya, seperti JYP Entertainment. JYP sudah berkali-kali melindungi para idolanya dari perundungan atau pelecehan dari para penggemarnya secara daring maupun langsung.
Dalam kehidupan idol sendiri terdapat banyak aturan-aturan yang tidak diberikan secara langsung tetapi para idol tersebut sendiri sudah harus tahu. Beberapa dari aturan tersebut seperti larangan untuk berpacaran, tidak melakukan penyimpangan sosial, dan beberapa tindakan lainnya dengan tujuan utama yaitu untuk menghindari skandal. Aturan-aturan tersebut sangat membatasi kebebasan kehidupan seseorang dengan balasan kalau orang tersebut akan menjadi terkenal dan kaya
Selain dari itu kehidupan idol juga sangat terbatasi oleh keinginan-keinginan para penggemar. Kadang sering kali seorang idol merubah penampilan dirinya atau cara mereka berperilaku karena keinginan dan omongan para penggemarnya. Memang terdengar tidak adil dan tidak manusiawi tetapi itulah sisi buruk dari industri idola.
Budaya Toxic Korea
Ketidakadilan tersebut berakar dari buruknya pola pikir para netizen Korea yang membiasakan budaya perundungan tersebut terhadap seorang idol. Orang-orang tidak memandang usia atau kondisi idol tersebut seperti seorang manusia selayaknya, tetapi mereka memandang idol-idol tersebut sebagai objek kesenangan mereka.
Pemikiran konservatif inilah yang menyebabkan banyak kasus perundingan yang terjadi di perindustrian musik korea. Banyak sekali kejadian perundingan tersebut yang mengakibatkan tragedi seperti keluarnya anggota tersebut dari sebuah grup atau bahkan lebih buruk lagi hingga ada yang memakan korban jiwa.
Beberapa kasus ini disebabkan oleh perundingan daring melalui social media. Para oknum tersebut dapat sebebasnya memaki, meledek, atau bahkan memberikan ancaman mati kepada para idol tersebut.
Ada beberapa oknum yang bahkan langsung datang secara fisik ke tempat tinggal idolanya dan mengabaikan privasi mereka hingga bahkan masuk ke ruangan hotel dan memegang barang-barang mereka. Idol-idol tersebut tidak memiliki opsi lain selain dari menerima bahwa faktanya kehidupan mereka akan seperti itu. Budaya ini menjadi sebuah hal yang dinormalisasikan dan beberapa idol tersebut yang harus beradaptasi atau menerima kehidupannya.
Walaupun terdapat bukti dan bentuk asli dari perundingan tersebut, banyak dari netizen korea yang menolak dari adanya budaya perundingan ini. Sering sekali banyak mendengar dari netizen Korea bahwa mereka sangat mengedepankan antibullying tetapi faktanya berkali-kali terus merekalah yang melakukan perundingan tersebut dan yang menyebabkan para idola tersebut harus menerima konsekuensi dan dampaknya mau secara emosional maupun secara fisik.
Memang perindustrian musik Korea yang berdasarkan idol bukanlah sebuah industri yang sehat atau patut untuk diikuti dan dibiarkan begitu saja. Sebagai seorang penggemar musik Korea sendiri, saya sangat prihatin terhadap kondisi budaya toxic yang ada di dalam industri tersebut.
Dengan kesadaran penuh, para penggemar idola tersebut sudah tidak lagi memandang idol-idol tersebut sebagai seorang manusia melainkan sebagai objek. Idol tidak lagi diberikan perlindungan dari para oknum-oknum jahat dan diperlakukan seperti mainan tidak hanya di mata para penggemar tetapi bahkan di mata agensi mereka sendiri yang seharusnya bekerja untuk melindungi idol mereka dari ancaman atau bahaya.
Idol sekarang dilihat sebagai mainan yang bisa dibeli oleh orang-orang di toko mainan dan bisa dengan mudah dibuang atau dilupakan sesuka hati mereka. Sudah tidak ada integritas ataupun nilai kemanusiaan yang muncul dari cara idol-idol digunakan di industri musik Korea.
Solusi Bersama
Untuk menciptakan sebuah lingkungan yang layak bagi para idol ini untuk bekerja tanpa harus menerima kondisi kehidupan mental yang buruk, sangat dibutuhkan kesadaran penuh dan empati dari setiap orang yang menjadi penggemar ataupun tidak. Idol bukanlah objek mainan, mereka adalah manusia yang memiliki martabat dan hak mereka sendiri sebagai seorang manusia.
Sebaiknya kita menerapkan sikap menghargai sesama manusia secara adil dan menghilangkan sikap iri terhadap para idol dan budaya perundingan dalam industri musik Korea. Memang tidak mudah untuk dilakukan dan disadarkan terutama kepada para oknum-oknum tersebut tetapi usaha kecil dengan menyebarkan kata-kata positif di sosial media untuk para idol tersebut sudah memberikan dampak yang sangat besar tanpa kita sendiri ketahui.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H